Matius 5:13-16
Konon di Sidon, Lebanon Selatan, ada seorang pedagang yang menimbun garam di dalam puluhan gudang. Timbunan garam itu ditumpuk menggunung di atas tanah tanpa alas apa pun. Setelah bertahun-tahun, garam yang disimpan di dalam gudang itu rusak semua. Kelembaban telah memisahkan natrium dari klorida, dan itu menyebabkan garam tidak lagi asin. Kejadian itu menunjukkan bahwa ternyata garam bisa menjadi tawar, tidak lagi memberi kebaikan kepada manusia.
Kisah di Sidon itu mengajarkan satu prinsip penting: Jangan menahan kebaikan. Yesus menyamakan kita dengan garam. Dia tahu, seperti garam yang memberikan kebaikan, kita adalah pribadi yang dirancang Tuhan untuk kebaikan. “Takdir” kita adalah menggarami kehidupan ini dengan berbuat baik. Namun, kebaikan akan rusak bila terus-menerus disekap dalam sikap hati yang mementingkan diri sendiri.
Ketika hasrat mementingkan diri sendiri begitu kuat, kita cenderung menampik orang lain. Kita menahan kebaikan untuk merahmati orang lain. Kita membentangkan jarak, dan orang-orang akan menjauh dari kita. Anehnya, suatu hari justru kita yang merasa telah ditinggalkan, diabaikan, tidak dibutuhkan, dan bukan siapa-siapa bagi orang lain. Saat itulah kita akan merasa seperti garam yang tawar, tidak berguna lagi selain dibuang dan diinjak orang di jalan. Mari merenungkan sikap hati kita, segeralah bertindak: Jangan lagi menahan kebaikan Anda, untuk alasan apa pun.
JANGAN MENAMPIK UNTUK MENJADI SEBUTIR GARAM
YANG ME-RAHMATI ORANG-ORANG DI SEKITAR ANDA..
Next Garam menjadi tawar mungkin kah?