Sejarah Asal Mula Kitab Suci
Oleh Detianus Gea
Banyak orang sekarang ini mendirikan gerejanya berdasarkan Kitab Suci. Pertanyaan yang muncul: “Siapakah yang menciptakan Kitab Suci? Apakah Kitab Suci menciptakan gereja atau Gerejalah yang menciptakan Kitab Suci?”
Semakin bingung kan? Walaupun topiknya lumayan sulit untuk dipahami, tapi lebih baik tahu daripada tidak sama sekali. Mau dapat pengetahuan gratis? Nantikan!
Terhadap pertanyaan pertama: “Siapakah yang menciptakan Kitab Suci?“ memang rasanya sulit untuk dipahami. Karena itu, mungkin kita bisa merumuskan menjadi seperti ini: “Atas jasa siapakah tulisan-tulisan berserakan itu dikumpulkan menjadi Kitab Suci seperti yang kita miliki sekarang ini?”
1. KITAB SUCI BUKANLAH SATU-SATUNYA SUMBER IMAN
Dengan judul ini saja, kita sudah berseberangan dengan keyakinan saudara-saudari kita Protestan, yang inti ajarannya adalah “Sola Scriptura” (Hanya Kitab Suci saja). Namun, saya tidak mau berpolemik tentang keyakinan yang berbeda seperti ini. Apa yang saya jelaskan adalah soal kelogisan berpikir dan keyakinan akan kebenaran yang tertulis berdasarkan sejarahnya.
Yesus selama hidup-Nya di dunia ini tak pernah menyebutkan tentang sebuah Kitab Suci (dalam arti keharusan adanya sebuah Kitab Suci seperti Kitab Taurat dalam Agama Yahudi). Benar kan? Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul-Nya untuk percaya kepada sebuah buku. Demikian pun Yesus tak pernah memerintahkan para murid-Nya untuk menuliskan sebuah buku. Karena itu, sewaktu hidupnya para Rasul, harus diakui bahwa tidak ada yang namanya Kitab Suci. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus tak pernah membangun gereja-Nya di atas dasar sebuah Kitab/Buku sebagai dasar iman, tetapi Ia membangun sebuah Gereja sebagai pilar dan dasar dari sebuah kebenaran. (2 Tim 3:15). Dan Dia tidak pernah berjanji sebuah buku/Kitab melainkan Diri-Nya sendiri akan selalu beserta Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:20) dan Roh Kudus akan memimpin para rasul dan para pengganti mereka sampai kepenuhan kebenaran yakni setelah Ia naik ke Surga (Yoh 14:16-17).
2. TRADISI DAN KITAB SUCI
Pada awal gereja di mana Kitab Suci belum ada, umat Kristen percaya pada pengajaran para Rasul, yang menjadi dasar iman mereka, yang mana disebut oleh gereja sebagai “Tradisi Suci“. Hal ini bisa dilihat dalam Mat 15:6-9. Sedangkan istilah-istilah seperti Tritunggal, Api Penyucian dan lain-lain berasal dari surat-surat para bapa Gereja yang kemudian dikuatkan oleh isi Kitab Suci kelak.
Tentang pentingnya Tradisi Suci dalam gereja bisa dibaca dalam 2 Tesalonika 2:15; “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” Atau dalam 1 Korintus 11:2: “…kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu.”
“TRADISI SUCI DAN KITAB SUCI BERHUBUNGAN ERAT SEKALI DAN TERPADU. SEBAB KEDUANYA MENGALIR DARI SUMBER ILAHI YANG SAMA, DAN DENGAN CARA TERTENTU BERGABUNG MENJADI SATU DAN MENJURUS KE ARAH TUJUAN YANG SAMA” (DV 9). KEDUA-DUANYA MENGHADIRKAN DAN MENDAYA-GUNAKAN MISTERI KRISTUS DI DALAM GEREJA, YANG MENJANJIKAN AKAN TINGGAL BERSAMA ORANG-ORANG-NYA “SAMPAI AKHIR ZAMAN” (MAT 28:20).
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 80
“DENGAN DEMIKIAN MAKA GEREJA, YANG DIPERCAYAKAN UNTUK MENERUSKAN DAN MENJELASKAN WAHYU, MENIMBA KEPASTIANNYA TENTANG SEGALA SESUATU YANG DIWAHYUKAN BUKAN HANYA MELALUI KITAB SUCI. MAKA DARI ITU KEDUANYA [BAIK TRADISI MAUPUN KITAB SUCI] HARUS DITERIMA DAN DIHORMATI DENGAN CITA RASA KESALEHAN DAN HORMAT YANG SAMA” (DV 9).
~KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 82
Dengan penjelasan ini maka kiranya menjadi jelas bahwa: Pertama, Kitab Suci adalah sebuah Tradisi. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh Allah sebagai sebuah buku melainkan berupa inspirasi yang menggerakan para penulis menuliskan apa yang mereka alami. Kedua, tradisi lisan maupun tulisan tetap penting dalam membangun iman umat.
3. ALASAN TULISAN-TULISAN DIKUMPULKAN MENJADI KITAB SUCI
Pada masa awal gereja, terdapat sekitar lebih dari 50 Injil, yang termasuk 4 Injil yang ada dalam Kitab Suci sekarang ini (Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Selain itu, ada juga Injil lain seperti Injil Yakobus, Injil Thomas, Injil Ibrani, dll. Ada juga 22 buku Kitab lain, Kisah Para Rasul, Kisah Paulus, dan lain sebagainya. Banyaknya Kitab-kitab Injil ini semakin membingungkan umat gereja perdana. Di antara Injil dan Kitab-kitab itu ada juga yang isinya sangat bertentangan dengan ajaran Para Rasul, seperti ajaran Arius yang mengatakan bahwa Yesus bukan Allah, Apolinarius; Yesus bukan manusia, Macedonius; Roh Kudus bukan Allah. Kenyataan ini sungguh sangat memprihatinkan umat terutama dalam usaha untuk mengembangkan kehidupan iman mereka.
Menghadapi tantangan-tantangan nyata seperti itu, Gereja Katolik akhirnya memutuskan untuk menyeleksi beberapa Kitab yang menunjukkan keaslian pada ajaran para Rasul dan yang betul-betul penuh inspirasi. Inilah yang nantinya disebut Kanon (sarana untuk mengukur keaslian dan kebenaran Kitab Suci). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa: “Injil datang dari Gereja dan bukan gereja datang dari Injil.” (Inilah jawaban atas pertanyaan kedua di atas).
Sekedar sebagai kesaksian bahwa banyak orang Protestan akhirnya kembali kepada pangkuan Gereja Katolik setelah menyadari akan kebenaran cerita tentang Kitab Suci. Ini bukan terjadi karena mereka cuma belajar tentang Kitab Suci sendiri tetapi mereka belajar tentang sejarah terbentuknya Kitab Suci, yang merupakan hasil kerja keras dari Gereja Katolik. Dalam konteks ini, kita bisa mengatakan bahwa: “Tanpa Gereja Katolik, pasti kita tidak memiliki Kitab Suci seperti yang ada sekarang ini.“
4. GEREJA KATOLIK-LAH YANG MENGUMPULKAN TULISAN-TULISAN YANG BERSERAKAN DAN MENJADIKANNYA KITAB SUCI SEPERTI YANG SEKARANG INI
“DALAM TRADISI APOSTOLIK GEREJA MENENTUKAN, KITAB-KITAB MANA YANG HARUS DICANTUMKAN DALAM DAFTAR KITAB-KITAB SUCI. DAFTAR YANG LENGKAP INI DINAMAKAN “KANON” KITAB SUCI. SESUAI DENGAN ITU PERJANJIAN LAMA TERDIRI DARI 46 (45, KALAU YEREMIA DAN LAGU-LAGU RATAPAN DIGABUNGKAN) DAN PERJANJIAN BARU TERDIRI ATAS 27 KITAB. PERJANJIAN LAMA: KEJADIAN, KELUARAN, IMAMAT, BILANGAN, ULANGAN, YOSUA, HAKIM-HAKIM, RUT, DUA BUKU SAMUEL, DUA BUKU RAJA-RAJA, DUA BUKU TAWARIKH, ESRA DAN NEHEMIA, TOBIT, YUDIT, ESTER, DUA BUKU MAKABE, AYUB, MAZMUR, AMSAL, PENGKHOTBAH, KIDUNG AGUNG, KEBIJAKSANAAN, YESUS SIRAKH, YESAYA, YEREMIA, RATAPAN, BARUKH, YEHESKIEL, DANIEL, HOSEA, YOEL, AMOS, OBAJA, YUNUS, MIKHA, NAHUM, HABAKUK, ZEFANYA, HAGAI, ZAKHARIA, MALEAKHI.PERJANJIAN BARU: INJIL MENURUT MATIUS, MARKUS, LUKAS DAN YOHANES, KISAH PARA RASUL, SURAT-SURAT PAULUS: KEPADA UMAT DI ROMA, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA UMAT KORINTUS, KEPADA UMAT DI GALATIA, KEPADA UMAT DI EFESUS, KEPADA UMAT DI FILIPI, KEPADA UMAT DI KOLOSE, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA UMAT DI TESALONIKA, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA TIMOTIUS, SURAT KEPADA TITUS, SURAT KEPADA FILEMON, SURAT KEPADA ORANG IBRANI, SURAT. YAKOBUS, SURAT PERTAMA DAN KEDUA PETRUS, SURAT PERTAMA, KEDUA, DAN KETIGA YOHANES, SURAT YUDAS, DAN WAHYU KEPADA YOHANES.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 120
Berawal dari Melito, Uskup dari Sardis (tahun 170 SM) yang mencoba untuk memiliki sebuah kanon tentang Kitab Suci Perjanjian Lama, namun karena ada kesulitan dalam daftar besar kitab-kitab yang beredar pada waktu itu maka usaha ini tidak berjalan dengan lancar.
Di bawah kepemimpinan Paus ke-37, St. Damasus I (366-384), dengan Magisterium Gereja yang infallible (tidak dapat salah), Paus Roma menentukan kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci dan membuang beberapa kitab untuk tidak dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci. Paus Damasus I kemudian memerintahkan St. Hieronimus (St. Jerome) untuk menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin yang kita kenal dengan nama Vulgata. Kitab-kitab yang ditentukan oleh Paus St. Damasus ke dalam Kanon Kitab Suci adalah yang kita pergunakan oleh orang-orang Kristen hingga saat ini.
Dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) yang dimiliki oleh Paus, ia kemudian menerima Injil Lukas dan digabungkan dengan ketiga Injil lain dengan alasan bahwa dalam Injil Lukas terekam lengkap kisah kanak-kanak Yesus, terutama dalam hubungan dengan Santa Perawan Maria. Lukas jugalah yang untuk pertama kalinya melukis gambar Bunda Maria dengan Yesus, yang sampai saat ini masih tersimpan di Gereja Basilika Santa Maria major di Roma. Injil Matius jelas memberitahukan tentang kuasa mengajar Petrus dan gereja yang dibangun di atasnya. Injil Yohanes digunakan oleh orang Kristen perdana untuk mempertahankan imannya, terutama dalam hubungan dengan Sakramen Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Yesus. Injil Markus juga memberikan gambaran yang jelas tentang kuasa St. Petrus untuk memimpin gereja yang didirikan oleh Yesus, dan kuasa ini sampai saat ini masih dijalankan oleh para penggantinya, yakni Paus di Roma.
Daftar kitab-kitab yang diterima oleh Paus Damasus I dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) untuk dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci antara lain :
– Injil Matius
– Injil Markus
– Injil Lukas
– Injil Yohanes
– Kisah Para Rasul
– Surat Paulus kepada jemaat di Roma
– Surat Paulus kepada jemaat di Korintus 1
– Surat Paulus kepada jemaat di Korintus 2
– Surat Paulus kepada jemaat di Galatia
– Surat Paulus kepada jemaat di Efesus
– Surat Paulus kepada jemaat di Filipi
– Surat Paulus kepada jemaat di Kolose
– Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika 1
– Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika 2
– Surat Paulus kepada Timotius 1
– Surat Paulus kepada Timotius 2
– Surat Paulus kepada Titus
– Surat Paulus kepada Filemon
– Surat kepada orang Ibrani
– Surat Yakobus
– Surat Petrus 1
– Surat Petrus 2
– Surat Yohanes 1
– Surat Yohanes 2
– Surat Yohanes 3
– Surat Yudas
– Wahyu kepada Yohanes
Daftar kitab-kitab yang ditolak oleh Paus Damasus I dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) untuk tidak dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci antara lain :
– Injil Thomas
– Injil Maria Magdalena
– Injil masa kanak-kanak Yesus menurut Thomas
– Injil masa kanak-kanak Yesus menurut Yakobus
– Injil Petrus
– Injil Bartolomeus
– Injil Nikodemus
– Injil Nazorean
– Injil kaum Ebionit
– Injil Filipus
– Injil Ibrani
– Injil Andreas
– Injil Apelles
– Injil Barnabas
– Injil Basilides
– Injil Eva
– Injil Fayum
– Injil Yakobus Kecil
– Injil Yudas Iskariot
– Injil Marcion
– Injil Maria
– Injil Matias
– Injil Thaddeus
– Injil Duabelas
– Injil Hidup
– Injil Kesempurnaan
– Injil Kebenaran
– Injil orang-orang Mesir
– Kisah Petrus dan Kedua belas Rasul
– Kisah Andreas
– Kisah Yohanes
– Kisah Thomas
– Kisah Paulus
– Dialog Sang Penyelamat
– Peribahasa Yesus
– Ajaran Yesus Kristus
– Ajaran Duabelas Rasul
– Rahasia dari Yohanes
– Konstitusi Kerasulan
– Keturunan Maria
– Pertanyaan dari Maria
– Apokrifa Yakobus
– Apokrifa Yohanes
– Khotbah Petrus
– Surat Abgar
– Surat Barnabas
– Surat Clement
– Surat Clement kepada jemaat di Korintus 1
– Surat Clement kepada jemaat di Korintus 2
– Surat Clement untuk kegadisan
– Surat Clement kepada Yakobus
– Surat Ignatius
– Surat Paulus kepada jemaat di Leodicea dan Alexandria
– Wahyu kepada Paulus
– Wahyu kepada Yakobus 1
– Wahyu kepada Yakobus 2
– Wahyu kepada Petrus
Kitab-kitab tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Dengan infalibilitas Paus Roma maka kitab-kitab tersebut dinyatakan sebagai bidaah (sesat) dan tidak layak untuk dibaca oleh umat kristen gereja perdana. Menarik bahwa orang-orang Kristen non-Katolik tidak menolak atau mempertanyakan otoritas dan karya Paus St. Damasus I ini. Dengan kata lain, mereka menerima bahwa Paus St. Damasus I adalah infallible (tidak dapat salah) dalam menentukan kitab-kitab dalam Kanon Kitab Suci.
Inilah dasar bahwa Magisterium Gereja Katolik kebal terhadap kesalahan (infalibilitas).
“CIRI TIDAK DAPAT SESAT ITU ADA PADA IMAM AGUNG DI ROMA, KEPALA DEWAN PARA USKUP, BERDASARKAN TUGAS BELIAU, BILA SELAKU GEMBALA DAN GURU TERTINGGI SEGENAP UMAT BERIMAN, YANG MENEGUHKAN SAUDARA-SAUDARA BELIAU DALAM IMAN, MENETAPKAN AJARAN TENTANG IMAN ATAU KESUSILAAN DENGAN TINDAKAN DEFINITIF. SIFAT TIDAK DAPAT SESAT, YANG DIJANJIKAN KEPADA GEREJA, ADA PULA PADA BADAN PARA USKUP, BILA MELAKSANAKAN WEWENANG TERTINGGI UNTUK MENGAJAR BERSAMA DENGAN PENGGANTI PETRUS” (LG 25) TERUTAMA DALAM KONSILI EKUMENIS. APABILA GEREJA MELALUI WEWENANG MENGAJAR TERTINGGINYA “MENYAMPAIKAN SESUATU UNTUK DIIMANI SEBAGAI DIWAHYUKAN OLEH ALLAH” (DV 10) DAN SEBAGAI AJARAN KRISTUS, MAKA UMAT BERIMAN HARUS “MENERIMA KETETAPAN-KETETAPAN ITU DENGAN KETAATAN IMAN” (LG 25). INFALLIBILITAS INI SAMA LUASNYA SEPERTI WARISAN WAHYU ILAHI.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 891
“KEBAL SALAH DARI MAGISTERIUM PARA GEMBALA MENCAKUP SEGALA UNSUR AJARAN, JUGA AJARAN KESUSILAAN YANG MUTLAK PERLU UNTUK MEMPERTAHANKAN, MENJELASKAN, DAN MELAKSANAKAN KEBENARAN-KEBENARAN IMAN YANG MENYELAMATKAN.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 2051
5. TIDAK ADA KITAB SUCI TANPA GEREJA
Dari berbagai penjelasan di atas, kita lalu sampai pada kesimpulan logis bahwa: “Tidak ada Kitab Suci tanpa Gereja Katolik“. Gereja Katoliklah yang mengadakan Kitab Suci, yang sekarang malah diklaim oleh banyak orang sebagai miliknya, dan lebih parah lagi jika mereka berani mengatakan bahwa mereka lebih benar dan lebih tahu tentang Kitab Suci daripada Gereja Katolik. Ini sungguh sebuah lawak yang tidak lucu.
Dengan demikian, bagi mereka yang menyangkal Tradisi Suci, kuasa mengajar dan memimpin Paus Roma (Magisterium Gereja) dan cuma percaya pada pewahyuan selalu mempertanyakan keabsahan Kitab Suci. Ini yang harus kita sadari bahwa ketika kita menyebut Injil Lukas, Injil Markus, dll. bukan berarti bahwa Kitab Suci sungguh ditulis oleh mereka. Kepercayaan ini berdasar pada tradisi gereja. Karena itu, isi Kitab Suci sendiri merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan mereka yang menjadi saksi bukan hanya sebagai Rasul tetapi sebagai murid dari para rasul seperti Lukas dan Markus. Kedua penulis ini bukanlah tergabung dalam kelompok 12 Rasul. Mereka adalah murid dari Petrus dan Paulus.
Ini adalah dasar bahwa Kitab Suci yang telah dikanonkan dijamin dari kesalahan (infalibilitas).
“ALLAH ADALAH PENYEBAB KITAB SUCI: IA MENGILHAMI PENGARANG-PENGARANG MANUSIA: IA BEKERJA DALAM MEREKA DAN MELALUI MEREKA. DENGAN DEMIKIAN IA MENJAMIN, BAHWA BUKU-BUKU MEREKA MENGAJARKAN KEBENARAN KESELAMATAN TANPA KEKELIRUAN.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 136
Karena itu, perjuangan untuk memasukkan sebuah kitab/Surat dalam Kitab Suci sungguh memakan waktu dan pertimbangan yang matang dari sisi pewahyuan dan isinya yang mendukung perkembangan iman umat, seperti misalnya; Kitab Wahyu. Kitab ini awalnya tidak diterima oleh umat kristen perdana. Tapi hanya karena keputusan dari Paus Roma (bersifat infallible / tidak dapat salah) yang mempertimbangkan bahwa isi kitab ini dapat membantu umat dalam mengenal dan mengimani Allah, maka akhirnya Kitab Wahyu termaktub dalam Kitab Suci seperti sekarang ini. Kuasa Paus untuk menentukan ini berdasar pada Mat 28:20; “Ajarilah mereka tentang segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan, lihatlah, Aku akan menyertaimu sampai akhir zaman.” (kamu di sini adalah para rasul dibawa komando Petrus sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh Yesus).
Menjadi sebuah kebenaran bahwa segala sesuatu yang diperbuat oleh para rasul dan para bapa gereja perdana tidak tertulis dalam Kitab Suci. Kitab Suci sendiri mengakuinya itu dalam Yoh 21:25; “Masih ada banyak hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jika semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Karena itu, mereka yang percaya bahwa kebenaran hanya terdapat dalam Kitab Suci membuat sebuah kontradiksi besar dalam hidup mereka, ketika mereka menerima pewahyuan lewat pemimpin gereja mereka sebagai kebenaran. Bukankah apa yang diwahyuhkan kemudian tidak tertulis dalam Kitab Suci? Mengapa mereka harus mengakuinya? Gereja Katolik telah melihat kemungkinan bahwa Allah akan terus bekerja dalam setiap generasi sampai akhir zaman. Karena itu, kebenaran dalam Kitab Suci tak pernah disangkal, tetapi pewahyuan atau apa yang dilestarikan dalam tradisi gereja juga dipercaya datang dari Allah.
Karena itu, di balik segala kelemahan dan kekurangan gereja, terutama lewat pemimpin-pemimpinnya, kita tidak bisa membuatnya menjadi alasan untuk meninggalkan Gereja Katolik, apalagi untuk membenci. Gereja Katolik adalah gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri di atas dasar Petrus (Mat 16:18) sebagai lambang kesatuan para rasul yang lain. Para rasul yang lain, seperti Yakobus, Matius, Tadeus, dll. bahkan murid kesayangan Yesus, Yohanes, tak pernah mendirikan sebuah gereja baru karena kuasa yang diberikan kepada mereka. Walaupun berbeda pendapat atas banyak hal tapi mereka tetap percaya kepada Petrus sebagai pemimpin resmi mereka, yang diangkat sendiri oleh Yesus. Bahkan di zaman Paulus yang mendapatkan pewahyuan luar biasa dari Yesus, bahkan disebut rasul bagi bangsa-bangsa lain pun tetap mengakui Petrus sebagai pemimpinnya karena hak yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus sendiri secara khusus.
Pertanyaan untuk direnungkan oleh semua orang Kristen (baik Katolik maupun Protestan) :
“Kalau Yesus, kalau Petrus dan para rasul yang lain tidak pernah membagi gereja menjadi bagian-bagian yang terpisah satu sama lain, sekalipun banyak terjadi salah paham baik pada level theologis maupun praktis hidup terjadi, lalu mengapa kita manusia sekarang harus membaginya karena merasakan bahwa keinginan kita tidak terakomodir dalam Gereja Katolik, lalu kita mendirikan gereja baru? Apa artinya doa Yesus: “Semoga mereka bersatu” untuk dewasa ini? Kalau Yesus mempersatukan maka iblislah yang selalu mencerai beraikan kita lewat nafsu dan keinginan kita yang tidak bisa kita kontrol. Sadarlah akan itu dan renungkanlah. Kembalilah ke pangkuan Gereja Katolik karena itulah yang diinginkan oleh Yesus.
Penulis: Rm. Inno Ngutra
Next Video LDK Putri Sakristi, Gereja Hati Perawan Maria tak bernoda