Good Day all friends,
Fokus bacaan hari ini...
Mrk 9:50: " Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Kontemplatif :
Seumur-umur tidak terpikirkan mengenai garam sampai ketika membaca firman tersebut timbul pertanyaan: Mungkinkah garam menjadi hambar?
Sebagai orang awam tentu berpendapat mustahil garam menjadi tawar. Tapi teman ternyata dalam buku " The Land and The Book " seorang Thomson menceritakan bagaimana garam menjadi tawar, konon di Lebanon Selatan ada seorang pedagang yang mengimport garam dari Siprus dalam jumlah banyak sekali. Stok garam tersebut sengaja ditimbun lantai tanah tanpa alas dan setelah beberapa tahun semua garam rusak. Garam menjadi tawar, mubazir dan merusak kesuburan tanah disekitarnya. Dengan kata lain tidak ada tempat bagi garam yang rusak kecuali membuang garam tersebut di jalan.
Point :
Garam identik dengan KEBAIKAN, ketika Tuhan Yesus mengatakan "Kamu adalah garam Dunia", Beliau tahu setiap pribadi memiliki potensi untuk berbuat kebaikan, menggarami sesamanya.
Namun seperti garam bisa tawar, kebaikan pun bisa hambar jika terus disimpan dalam hati.
Kebaikan tidak mengenal kriteria bukan seberapa besar Anda sudah menyumbang, bukan sekedar sudah berapa banyak Anda aktif sebagai pengurus Gereja memegang jabatan ini-itu, bukan seberapa sering Anda mengirim pesan 2x kebaikan tetapi yang terpenting bagaimana setelah itu, bagaimana Anda mampu memberi response, tanggapan, mau berinteraksi dengan sesama itulah yang terpenting.
Cth: Pesan BB, WA dll dari teman yang tidak pernah diresponse oleh Anda.
Ternyata teman Kebaikan juga bisa tergerus waktu, setelah terus menunda balasan response dari teman yg peduli terhadap mu ini berati menunda hasrat berbuat baik, Anda benar-benar bisa kehilangan kesempatan berbuat kebaikan.
Semangat yang mementingkan orang lain semakin tergerus dari waktu kewaktu, hal ini menjadikan Anda seorang yang tidak lagi peduli dan mulai mementingkan diri sendiri. Akibatnya orang yang peduli kepadamu mulai menjaga Jarak, menjauh dan mengabaikan Anda. Suatu saat Anda merasa telah diabaikan, tidak dibutuhkan atau bukan siapa-siapa bagi orang lain. Saat itulah Anda akan merasakan seperti garam yang dibuang dan diinjak orang di jalan.
" Menggarami orang sekitarmu sama dengan menggarami hidupmu, menarik bukan? "
Salam selamat menggarami hidupmu.. Aku diberkati kamu diberkati kita semua diberkati... Selamat beraktivitas..