Tampilkan postingan dengan label garam menjadi tawar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label garam menjadi tawar. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 November 2019

MAU BERBUAT BAIK, BERBUAT BAIKLAH, JANGAN MENUNDA KEBAIKAN

Jangan Menahan Kebaikan

Matius 5:13-16

Konon di Sidon, Lebanon Selatan, ada seorang pedagang yang menimbun garam di dalam puluhan gudang. Timbunan garam itu ditumpuk menggunung di atas tanah tanpa alas apa pun. Setelah bertahun-tahun, garam yang disimpan di dalam gudang itu rusak semua. Kelembaban telah memisahkan natrium dari klorida, dan itu menyebabkan garam tidak lagi asin. Kejadian itu menunjukkan bahwa ternyata garam bisa menjadi tawar, tidak lagi memberi kebaikan kepada manusia.

Kisah di Sidon itu mengajarkan satu prinsip penting: Jangan menahan kebaikan. Yesus menyamakan kita dengan garam. Dia tahu, seperti garam yang memberikan kebaikan, kita adalah pribadi yang dirancang Tuhan untuk kebaikan. “Takdir” kita adalah menggarami kehidupan ini dengan berbuat baik. Namun, kebaikan akan rusak bila terus-menerus disekap dalam sikap hati yang mementingkan diri sendiri.

Ketika hasrat mementingkan diri sendiri begitu kuat, kita cenderung menampik orang lain. Kita menahan kebaikan untuk merahmati orang lain. Kita membentangkan jarak, dan orang-orang akan menjauh dari kita. Anehnya, suatu hari justru kita yang merasa telah ditinggalkan, diabaikan, tidak dibutuhkan, dan bukan siapa-siapa bagi orang lain. Saat itulah kita akan merasa seperti garam yang tawar, tidak berguna lagi selain dibuang dan diinjak orang di jalan. Mari merenungkan sikap hati kita, segeralah bertindak: Jangan lagi menahan kebaikan Anda, untuk alasan apa pun.

JANGAN MENAMPIK UNTUK MENJADI SEBUTIR GARAM
YANG ME-RAHMATI ORANG-ORANG DI SEKITAR ANDA..


Next Garam menjadi tawar mungkin kah?




Rabu, 18 Mei 2016

GARAM MENJADI TAWAR...MUNGKINKAH?

Good Day all friends, 

Fokus bacaan hari ini... 

Mrk 9:50: " Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Kontemplatif :
Seumur-umur tidak terpikirkan mengenai garam sampai ketika membaca firman tersebut timbul pertanyaan: Mungkinkah garam menjadi hambar?  

Sebagai orang awam tentu berpendapat mustahil garam menjadi tawar.  Tapi teman ternyata dalam buku " The Land and The Book " seorang Thomson menceritakan bagaimana garam menjadi tawar, konon di Lebanon Selatan ada seorang pedagang yang mengimport garam dari Siprus dalam jumlah banyak sekali. Stok garam tersebut sengaja ditimbun lantai tanah tanpa alas dan setelah beberapa tahun semua garam rusak. Garam menjadi tawar,  mubazir dan merusak kesuburan tanah disekitarnya. Dengan kata lain tidak ada tempat bagi garam yang rusak kecuali membuang garam tersebut di jalan.

Point :
Garam identik dengan KEBAIKAN,  ketika Tuhan Yesus  mengatakan "Kamu adalah garam Dunia", Beliau tahu setiap pribadi memiliki potensi untuk berbuat kebaikan, menggarami sesamanya. 

Namun seperti garam bisa tawar,  kebaikan pun bisa hambar jika terus disimpan dalam hati. 

Kebaikan tidak mengenal kriteria bukan seberapa besar Anda sudah menyumbang,  bukan sekedar sudah berapa banyak Anda aktif sebagai pengurus Gereja memegang jabatan ini-itu,  bukan seberapa sering Anda mengirim pesan 2x kebaikan tetapi yang terpenting bagaimana setelah itu,  bagaimana Anda mampu memberi response, tanggapan, mau berinteraksi dengan sesama itulah yang terpenting. 

Cth: Pesan BB,  WA dll dari teman yang tidak pernah diresponse oleh Anda. 

Ternyata teman Kebaikan juga bisa tergerus waktu,  setelah terus menunda balasan response dari teman yg peduli terhadap mu ini berati menunda hasrat berbuat baik,  Anda benar-benar bisa kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. 

Semangat yang mementingkan orang lain semakin tergerus dari waktu kewaktu, hal ini menjadikan Anda seorang yang tidak lagi peduli dan mulai mementingkan diri sendiri. Akibatnya orang yang peduli kepadamu mulai menjaga Jarak, menjauh dan mengabaikan Anda. Suatu saat Anda merasa telah diabaikan,  tidak dibutuhkan atau bukan siapa-siapa bagi orang lain.  Saat itulah Anda akan merasakan seperti garam yang dibuang dan diinjak orang di jalan.

" Menggarami orang sekitarmu sama dengan menggarami hidupmu,  menarik bukan?  "

Salam selamat menggarami hidupmu.. Aku diberkati kamu diberkati kita semua diberkati... Selamat beraktivitas..