Minggu, 21 September 2014

Celakalah kamu jika tidak mewartakan INJIL

Injil adalah " Kabar Gembira ", Injil adalah ' kabar Sukacita "  Menjadi tugas semua orang Kristen beriman untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.

Menyampaikan kabar gembira tidak melulu harus berkoar-koar tentang kutipan-kutipan dalam Injil tanpa melihat apakah seseorang tersebut mau mendengarkan kabar Injil. Bila seseorang yang kita ajak ngobrol mengenai Injil ternyata tidak suka dan tidak dalam posisi siap mendengarkan entah karena sibuik, sakit, dll maka yang kita sampaikan menjadi istilah trend " SPAM " dan tentu hal tersebut menjadi tidak baik.

Menjadi Pewarta, Pelayan aktif dalam Pelayanan entah Pelayanan dalam organisasi Gereja, seperti  ikkut terlibat aktif dalam kepengurusan Dewan Paroki, Kepengurusan dalam Wilayah, Lingkungan, Legio, Putra Altar, PDKK, Kursus Evangelisasi dll merupakan suatu Pengabaran Injil lewat pola sikap, tuturkata dan perbuatan.

Bila dalam organisasi terjadi saling sombong, tidak mau tunduk, tinggi hati, tidak mau diatur dan masing-masing saling menonjolkan diri yang  akhirnya terjadi perpecahan maka sebenarnya kita tidak sedang mengabarkan Injil yang benar dan tidak sedang mengabarkan Injil.
Dan ini juga termasuk hal yang dibenci Allah Yesus Kristus, dan " CELAKALAH " bila hal itu terjadi.

Ingat kutipan Matius 23:28
 " Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kelaliman. "

Desa Potemkin
Pada 1787 di Rusia, Gubernur Gregory Potemkin mendapatkan tugas untuk membangun kembali wilayah yang hancur karena peperangan dan mengembalikan orang Rusia untuk tinggal di sana. Ketika Rusia hendak berperang melawan Kesultanan Ottoman, Ratu Catherine II dan para pejabat mengunjungi wilayah Potemkin. Untuk memberi kesan bahwa wilayah itu sudah sukses dibangun kembali, Potemkin membangun "desa" palsu di sepanjang Sungai Dnieper. Ia juga menyamar menjadi petani yang tinggal di situ. Ketika rombongan Ratu sudah pergi, "desa" tadi dibongkar kembali dalam waktu semalam....
Selengkapnya: http://www.alkitabku.com/id//renungan-harian/2014/09/14

Doa :

Marilah kita senantiasa berdoa, mohon kemurahan kasih Allah untuk kita senantiasa Rendah Hati, Tidak Sombong dan Tunduk terang Kasih Kristus untuk senantiasa mewartakan Injil melalui Sikap, Perbuatan dan Tutur kata. Amin.

Salam,

MT

Rangkuman Pelajaran 1-4 " BL KEP "







By Michael Thang

Mana lebih utama Peraturan atau Kasih?

Bacaan Injil Matius 12:1-2. 

12:1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.
12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."


Dalam kutipan Markus 3:1-4

3:1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.
3:2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.
3:3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!"
3:4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja

Kedua bacaan tersebut mengenai ajaran KASIH dan PERBUATAN lebih utama dari pada sekedar mentaati aturan yang kaku, keras dan tidak mengerti mengapa aturan itu dibuat.


Renungan: 
Orang Farisi belum mengenal siapa itu Yesus itu pd masa itu, sehingga Orang  Farisi beranai menegur Yesus karena Yesus melanggar aturan: bekerja pd hari Sabat (karena pada hari Sabat ada aturan keras tidak boleh bekerja). 

Saya coba kaitkan dengan hal-hal yang mungkinkita pernah alami misalnya penyelenggaraan Kursus
Evangelisasi Pribadi, kursus kitab suci, Dll. dan salah satu aturannya adalah 3 x absen, atau kurang dr 20-25% kehadiran maka dianggap mngundurkan diri. Entah alasan sakit atau memang tanpa alasan.

Dan masalah muncul ketika Peserta yang tidak memenuhi absen tersebut ingin mengikuti Retreat, Apakah diperbolehkan atau Apakah Peserta diperbolehkan mengajak keluarga?

Untuk menjawab itu maka kita perlu mohon Roh Kudus untuk memberikan Roh Hikmat dan Kebijaksanaan karena bila salah menjawab hal ini tentu akan menimbulkan luka batin yang sulit disembuhkan khususnya bagi mereka yang sedang mencari dan baru  bertumbuh dalam Iman.

Menurut pandangan saya dengan mengacuh pada kutipan tersebut diatas maka menurut saya diperbolehkan. Dengan beberapa alasan-alasan dan pandangan sebagai berikut.

Ingat Tujuan Kursus Kitab Suci, Evangelisasi Pribadi adalah membawa umat mengalami pertobatan sejati,  mendalami iman Kristen melalui pengajaran-pengajaran yang ada pada kursus tersebut .
Retret merupa suatu persiapan jiwa, diri, dan batin menuju kedalaman Rohani. 
Betul absen kurang 20-25% dianggap mngundurkan diri sehinga kita fokus kepada peserta yang ada saja. 

Tetapi hal ini menjadai tidak bijaksana dan keliru apabila peserta yg hadir tersebut kemudian menyadari dan mau belajar kembali dilarang, mau ikut retret dilarang/tdk dijinkan
Apakah bila kita ijinkan ini berarti melanggar larangan aturan organisasi? Ingat Yesus melanggar larangan pada hari sabat karena menurut Yesus lebih baik memenangkan jiwa-jiwa, berbuat kasih daripada hanya sekedari mengikuti aturan kaku.  

Ingat kisah anak yg hilang? Anak domba yg hilang? Seorg perempuan yg kehilangan 1 dirham?  ( Lukas 15-11-32), 

Marilah kita merenung sejenak, apakah pantas kita melarang Peserta yg tdk aktif tuk ikut retret? 
Semua jawaban tergantung dari kebijaksanaan masing-masing, semua jawaban pasti ada alasannya. 

Selamat mengambil keputusan. Selamat beristirahat, 
Yesus sertamu, Yesus sertaku semua diberkati. 

Amin.
Michael Thang