Rabu, 18 September 2019

Teologi Dasar Katolik part 3

Saudaraku, hari ini kita akan melanjutkan perkenalan dengan teologi bab II pada bagian ke tiga dan pada bagian teologi modern bagian 4. Semoga sangat membantu untuk berkenalan maupun mendalami trologi.

2.3    Perkembangan Penggunaan Istilah Teologi

Istilah "teologi" dipakai oleh para penulis Skolastik (istilah yang digunakan oleh kaum humanis dan pada abad ke-16 digunakan oleh para sejarahwan filsafat untuk menjelaskan pandangan para filosof dan teolog pada abad pertengahan) dan universitas-universitas Baru di Eropa, di mana teologi menjadi sebuah pelajaran yang sangat sistematis, sebuah ladang studi dan pengajaran, bahkan sebagai sebuah disiplin atau sebuah ilmu. Pemakaian istilah teologi tidak sepenuhnya baru -- ini telah dimulai sebelumnya oleh komunitas Yunani Kristen dan beberapa di dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja, tetapi hal ini masih merupakan bayangan perkembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademis yang tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Kristen. Pada saat yang sama para pelajar di universitas-universitas memperluas perbedaan antara macam-macam teologia yang beragam, di samping pembedaan umum antara teologi dan filafat, seperti halnya perbedaan antara iman (faith) dan alasan (reason). Walaupun para Reformator secara umum tidak sabar dengan perbedaan yang dibuat oleh para pelajar di universitas-universitas, namun para pendahulunya, pada zaman Konfesional Ortodoksi atau Protestan Skholastisme telah mengadopsi atau mengembangkan sebuah kategori yang luas tentang macam-macam teologi.

2.4    Istilah Teologi di Era Modern

Di era modern, teologi sering dipakai dalam pengertian yang luas dan cakupan yang komprehensif, yang merangkum semua disiplin ilmu, baik di universitas-universitas maupun dalam pelayanan-pelayanan gerejani (contohnya, bahasa alkitab, sejarah gereja, homiletika, dll.). Teologi adalah sebuah disiplin akademik, contohnya, literatur atau fisika. Lebih tepat, istilah teologi merujuk kepada pengajaran tentang Allah dan hubungannya dengan dunia dari penciptaan sampai penyempurnaan (consummation). Pengajaran ini telah dirangkum dalam sebuah catatan rasional yang dibuat secara spesifik oleh seseorang atau lebih dari suatu kualifikasi yang luas, yang mengindikasikan gereja atau tradisi, termasuk Monastik, Katolik Roma, Reformed, Evangelikal, Ekumenikal. Bahan-bahan dasar teologi, seperti alamiah, alkitab, konfesi-konfesi, simbol-simbol (misalnya, didasarkan pada sebuah 'simbol' gereja, yang artinya di sini adalah kredo-kredo, dll.). Teologi mengandung doktrin, seperti doktrin baptisan, doktrin Trinitas, dll. Pusat organisasi atau motif atau fokus teologi, misalnya perjanjian (covenan), liberasi, inkarnasional, feminisme, teologi salib -- masing-masing merujuk kepada lebih dari satu pokok bahasan. Tujuan teologi untuk memberi keputusan bagi pendengarnya, misalnya dalam apologetika, polemik, dll.

2.5    Penggunaan Istilah Teologi “Hari Ini”

Disiplin utama studi teologi hari ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, di antaranya, teologi biblika, teologi historika, teologi sistematika, teologi filsafat, teologi pastoral dan teologi praktikal dan yang kurang dikenal secara luas, seperti teologi dogmatika (dogmatic theology), teologi liturgika dan teologi fundamental. Sebenarnya, lebih banyak lagi ragam teologi; setidaknya bersifat konfesional atau mencirikan suatu denominasi.

2.6    Tempat Teologi dan Pentingnya Mempelajari Teologi secara Sistematis

Pertanyaan yang sering timbul adalah kalau Teologi adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dan sebagainya? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologi bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.
Karena itu, teologi merupakan suatu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari secara sistematis. Alasannya adalah :
1.  Manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2.   Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
3.   Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
4.   Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?"
5.   Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologi bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2 Tit 2:24-25; 2 Tit 3:15-16
6.   Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.

2.7 Sumber dan Metode Teologi

Teologi memiliki tiga sumbernya, yakni :

1. Alkitab, sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi
    iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja, khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di
    gereja dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.

3. Buku-buku Lain,  sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang
    dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana
    membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.

Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam teologi, antara lain :

a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna, disingkirkan, karena tidak diterima oleh rasio).

b. Metode Karl Barth. Teori Barth mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu, Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia, maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung, sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu.

c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi karena manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian, meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka kalau begitu obyeklah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.

d. Metode Paul Tillich. Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu, ia menolak jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.

e.  Metode Interpretasi Analitis. Teologi adalah ilmu tentang Allah yang memberikan paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.

2.8. Pembagian Teologi

Teologi dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas,  teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi. Dalam arti ini, teologi dibagi atas :
a. Teologi Biblika (Eksegetis): Teologi yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologi Historika (Sejarah): Teologi yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologi dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologi Sistematika (Doktrin Iman Kristen): Teologi yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologi Praktika (Pelayanan): Teologi yang berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.

Sedangkan dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Dalam arti ini, teologi dapat dibagi atas :
a.  Bibliologi (Alkitab)
b.  Teologia Proper (Allah)
c.  Antropologi (Manusia)
d.  Soteriologi (Keselamatan)
e.  Kristologi (Yesus Kristus)
f.  Pneumatologi (Roh Kudus)
g. Eklesiologi (Gereja)
h. Eskatologi (Akhir zaman)

Minggu depan kita tetap mempelajari teologi perkembangan pengenalan tentang teologi bab II bagian ke 9 dan seterusnya. Semoga membantu kita sekalian didalam mempelajari teologi dasar. Seandainya belum jelas boleh ditanyakan. Trims.

Next : Teologi Dasar bagian 2.9 : Teologi Apologetika 

> Teologi Katolik Part lainnya

Salam dari Ponti Sep" 19.



Ponti 18 Sept "19
Bram W.

Rabu, 11 September 2019

Teologi Dasar Katolik part 2

BAB II : PERKENALAN DENGAN TEOLOGI

Tujuan Pembahasan :

            Pokok ini akan menjelaskan definisi teologi, sejarah penggunaan istilah teologi, perkembangan penggunaan istilah teologi, istilah teologi di dunia modern, penggunaan istilah teologi di era modern, istilah teologi dewasa ini, tempat teologi dan pentingnya mempelajari teologi secara sistemati, sumber dan metode teologi, pembagian teologi dan teologi apologetika. Tujuannya agar mahasiswa memahami, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teologi pada umumnya.


2.1    Definisi Teologi
Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti Allah dan logos yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, teologi berarti ilmu tentang Allah. Teologi dapat dimengerti dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Sedangkan dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi.

Teologi ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/ ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Teologi meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini), tetapi dapat disebut sebagai ilmu, karena sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologi adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak berubah), dengan cara yang sistematis.
Dengan demikian Teologi Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:

a. Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.

b. Menuntut adanya penjelasan secara metodologis

c. Menyajikan kebenaran

d. Mempunyai nilai yang universal

e. Memiliki objek yang diteliti

2.2    Sejarah Penggunaan Istilah Teologi

Filo (20 sM.-50 M.), seorang Yahudi Helenis dan pemimpin komunitas Yahudi di Aleksandria dan juga seorang pengarang yang produktif menafsiran Pentateukh (5 Kitab Taurat).  secara alegori serta menyebut Musa seorang "theologos", yakni seseorang yang berbicara tentang Allah atau seorang juru bicara Allah. Namun, tidak ada bentuk bahasa Yunani yang menunjukkan istilah ini di dalam Perjanjian Lama Septuaginta (LXX) atau di dalam Perjanjian Baru (kecuali sebutan "theologos" di dalam manuskrip Wahyu kepada Yohanes.

Istilah teologi mulai digunakan oleh kaum Apologis (sebuah kelompok kecil para pengarang Yunani abad kedua yang mengadakan pembelaan bagi kekristenan pada masa penganiayaan, fitnahan, dan serangan intelektual). Teologi kadang-kadang "merujuk kepada sesuatu yang ilahi", "sebutan Allah", sebuah makna yang seringkali muncul dalam perdebatan tentang keilahian Kristus (Christology) dan Roh Kudus. Pada tahun 200 M., kedua istilah Yunani dan istilah Latin untuk teologi disesuaikan terjemahannya untuk dipakai dalam pengajaran, biasanya dalam pengajaran Kristen tentang Allah. Athanasius memakai istilah teologia sebagai cara untuk memahami tentang keberadaan Allah, yang dibedakan dengan dunia dan sebagainya, seperti yang dilakukan Agustinus untuk mengajarkan tentang Allah. Sesekali, dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja istilah teologi merujuk kepada pemahaman yang luas dari doktrin-doktrin gereja. Dalam komunitas-komunitas iman, tidak ada pemisahan antara pengajaran tentang Allah dan pengetahuan (misalnya, pengertian dan pengalaman) tentang Allah. Dalam hal ini, teologia dapat berarti "memuji Allah".

Minggu depan kita akan melanjutkan kaitannya  teologi pada umumnya bagian 2.3 dan seterusnya.

Trims. Kamis Sept"19.
Bram W.

Next " Part 3 " Bab II , 2.3


Teologi Katolik part 1
Teologi Katolik part 3
Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5

" Perbedaan Teologi Kristen Katolik VS Kristen Non Katolik "

Teologi Dasar Katolik part 1

" TEOLOGI DASAR"
by Bram W.

BAB I

I. Pengantar & Pendahuluan
Saudaraku,  di zaman ini begitu canggihnya ilmu pengetahuan, dan begitu mudahnya untuk mengakses informasi di internet tentang berbagai macam pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang Ke-Tuhanan yang biasanya di sebut " Teologi "
Namun, ada berbagai macam pandangan teologi dari berbagai macam Gereja yg menulis tentang Teologi, yg tentu antara Gereja Katolik dan Protestan sangat berbeda sekali.

Oleh karena saya terdorong berbagi pengetahuan teologi menurut pandangan Gereja Katolik yg pernah saya  pelajari dan dari berbagai buku refrensi yg saya dalami sekaligus belajar menghayati menurut pandangan Gereja Katolik khususnya teologi dasar yg akan saya sajikan, sesuai pengetahuan yg pernah saya dapatkan sewaktu kuliah untuk kita dalami bersama.

Maka untuk mendalami teologi dasar ini, saya akan mengirimkan sambung menyambung, agar kita dapat membaca dan meresap agar pengetahuan teologi kita membantu kita menambah wawasan yg lebih luas.


Pendahuluan
Teologi secara luas didefinisikan sebagai studi sistematis tentang agama.  Jadi Teologi adalah pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis dan bertalian tentang apa yang di imani sebagai Wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.

Teologi harus digolongkan dalam kegiatan intelektual manusia yang disebut “tahu” dan “mengetahui”. Akan tetapi, berbeda dengan pengetahuan harian, pengetahuan teologi bersifat metodis, sistematis dan selalu bertalian. Ini berarti bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah. Meski teologi bersifat ilmiah, teologi tidak termasuk ilmu-ilmu empiris (berdasarkan pengalaman). Adapun alasannya yaitu asas pengetahuan teologi tidaklah terbatas pada pengalaman indrawi dan logika sebagaimana halnya ilmu empiris. Pengetahuan teologi bersifat “adi-kodrati” (melebihi daya kodrat insani), karena didasarkan pada wahyu Allah yang diterima manusia dalam iman.

II . Wawasan tentang Teologi Dasar

"Apakah yang mendorong manusia untuk tidak hanya menuntut ilmu-ilmu empiris( berdasarkan pengalaman), dan filsafat, tetapi juga teologi ?"

Salah satu unsur yang termasuk pengetahuan harian adalah bahwa kita beragama. Banyak orang diperkenalkan dengan keyakinan dan kelakuan keagamaan tertentu berkat pewartaan yang terjadi di tempat tinggalnya. Pewartaan yang telah disampaikan kepada orang Katolik dan yang telah mereka terima ialah pewartaan Gereja Katolik yang berakar dalam suatu tradisi religius tertentu, yakni tradisi Yahudi- Kristiani. Dengan menanggapi pewartaan itu secara positif, mereka menjadi orang beriman kristiani, warga Gereja Katolik. Sebagai orang yang menganut agama Katolik, mereka mempunyai pengetahuan harian yang bersifat adi-kodrati. Tidak mungkin untuk sampai pada pengetahuan ini bila hanya menempuh jalan yang demi kodrat sudah terbuka bagi manusia, yaitu jalan rasio, sebab pengetahuan tersebut mengatasi kemampuan kodrat insani. Allah sendiri membukakan suatu jalan lain bagi manusia dengan pewahyuan diri-Nya sendiri melalui peristiwa-peristiwa Israel dan terutama melalui “peristiwa Yesus”. Berkat wahyu Allah, manusia dapat mengetahui hal-hal tertentu mengenai Tuhan, dunia, hidup dan mati, baik-buruknya kelakuan yang tidak mungkin diketahui hanya berdasarkan kemampuan insani saja. Pengetahuan harian tentang segala sesuatu yang diwahyukan Tuhan itu merupakan isi iman kristiani.

Pengetahuan iman bersifat adi-kodrati karena didasarkan pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan insani. Sifat adi-kodrati ini tidak hanya berlaku bagi pengetahuan iman dalam hidup sehari-hari, tetapi juga bentuknya yang ilmiah, yakni teologi. Kebenaran yang dicari dalam teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan pula kebenaran yang dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Apa yang diwahyukan Tuhan itu diterima manusia dalam iman karena Tuhanlah yang menyatakannya.

Kamis. Duc in Altum.

III. Teologi Kristiani

Pada minggu lalu, sudah dijelaskan apa itu teologi dasar dan apa yang mendorong kita untuk mendalaminya..? Oleh karena itu, kita perlu melangkah lebih dalam lagi menyelami Teologi Kristiani,  supaya menambah wawasan didalam mendalami ilmu tentang Ketuhanan.

Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang mereka hayati sebagai orang beragama Kristiani.

Teologi bertumbuh dan berkembang di dalam sejarah umat manusia, terutama sejarah Israel dan sejarah Gereja. Karena itu, Ilmu Teologi dapat dikelompokkan atas :

Teologi Dasar atau Pengantar Teologi :

1."Teologi Wahyu" adalah teologi yang didasarkan pada Kitab Suci dan pengalaman relegius yg didasarkan pada penalaran apriori ( sesuatu yg belum di ketahuan)

2."Teologi Iman" adalah ilmu ketuhanan tentang sumber yg diyakini yaitu Yesus

3"Teologi Dogma." adalah teologi tentang kepercayaan atau dokrin dari ajaran Gereja itu sendiri.

4."Apologetika" adalah teologi pembelaan atau mempertahankan iman tentang ajaran gerejanya sendiri

5. Tafsir Kitab Suci terdiri dari :

·   Eksegese Perjanjian Lama

·   Eksegese Perjanjian Baru

·   Teologi Alkitabiah

·   Antropologi Teologis yang mencakupi Protoloi dan Eskatologi serta Soteriologi.

·   Kristologi yang mencakup Pneumatologi (Roh Kudus) dan Trinitas.

·   Eklesiologi yang mencakup Ekumene dan Hubungan Antaragama.

·   Sakramentologi

6. Teologi Praksis (Teologi tentang pengenalan makna
       perubahan sosial) terdiri dari :
   

  • Teologi Moral yang terdiri dari Moral Dasar dan Moral Khusus.
  • Teologi Spiritual yang terdiri dari Asketik dan Mistik
  • Teologi Pastoral
  • Liturgi
  • Teologi Kerigmatik yang mencakup Homiletik dan Kateketik.



Jadi Teologi Dasar atau Teologi Fundamental membahas apa yang menjadi dasar (asas atau prinsip) pengetahuan kita di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Selain itu, teologi dasar bertugas juga untuk mempertanggungjawabkan iman terhadap akal-budi dan membelanya terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Dilihat dari segi ini, maka Teologi Dasar disebut juga APOLOGETIKA.

Next kita akan mendalami bab dua tentang Perkenalan dengan teologi. 

Dalam bab pertama sudah di jelaskan tentang teologi dasar. Lalu pada bagian kedua dibahas tentang apa yg mendorong mendalami teologi sehingga kita akan di perkenalkan dengan teologi kristiani.  Semoga dalam bab pertama kita sudah mempunyai wawasan tetntang teologi dasar.

Teologi Katolik part 2
Teologi Katolik part 3
Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5

Ttd
Bram W.





Senin, 05 Agustus 2019

Pembukaan KPKS Angkatan V dan Seminar oleh Mgr. Adrianus Sunarko, Uskup Pangkal Pinangi


Pembukaan KPKS / Kursus Pendidikan Kitab Suci Angkatan 5 dan Seminar berlangsung cukup meriah di hadiri dari berbagai angkatan :

Alumni Angkatan 1 dan Pengurus Inti, Angkatan 2-5 dan juga tamu undangan.

Total peserta Angkatan 5 : 124 orang.

Acara berlangsung di Univ. Atmajaya, Serpong.

Berikut adalah materi seminar, semoga bermanfaat bagi teman yang tidak hadir maupun  hadir tapi tidak sempat mencatat sbb :






Presentasi seminar oleh Mgr. Adrianus Sunarko, Uskup Pangkal Pinang, berikut adalah sekilas mengenai profil pembicara :














Closing Video :



Salam Smile in Christ always..

MT

Senin, 15 Juli 2019

Video LDK Pusakri 3



Video LDK Pusakri 2


Persiapan Lunch, masak dulu akh.




SEJARAH ASAL MULA KITAB SUCI

Sejarah Asal Mula Kitab Suci
Oleh Detianus Gea

Banyak orang sekarang ini mendirikan gerejanya berdasarkan Kitab Suci. Pertanyaan yang muncul: “Siapakah yang menciptakan Kitab Suci? Apakah Kitab Suci menciptakan gereja atau Gerejalah yang menciptakan Kitab Suci?”

Semakin bingung kan? Walaupun topiknya lumayan sulit untuk dipahami, tapi lebih baik tahu daripada tidak sama sekali. Mau dapat pengetahuan gratis? Nantikan!

Terhadap pertanyaan pertama: “Siapakah yang menciptakan Kitab Suci?“ memang rasanya sulit untuk dipahami. Karena itu, mungkin kita bisa merumuskan menjadi seperti ini: “Atas jasa siapakah tulisan-tulisan berserakan itu dikumpulkan menjadi Kitab Suci seperti yang kita miliki sekarang ini?”

1. KITAB SUCI BUKANLAH SATU-SATUNYA SUMBER IMAN

Dengan judul ini saja, kita sudah berseberangan dengan keyakinan saudara-saudari kita Protestan, yang inti ajarannya adalah “Sola Scriptura” (Hanya Kitab Suci saja). Namun, saya tidak mau berpolemik tentang keyakinan yang berbeda seperti ini. Apa yang saya jelaskan adalah soal kelogisan berpikir dan keyakinan akan kebenaran yang tertulis berdasarkan sejarahnya.

Yesus selama hidup-Nya di dunia ini tak pernah menyebutkan tentang sebuah Kitab Suci (dalam arti keharusan adanya sebuah Kitab Suci seperti Kitab Taurat dalam Agama Yahudi). Benar kan? Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul-Nya untuk percaya kepada sebuah buku. Demikian pun Yesus tak pernah memerintahkan para murid-Nya untuk menuliskan sebuah buku. Karena itu, sewaktu hidupnya para Rasul, harus diakui bahwa tidak ada yang namanya Kitab Suci. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus tak pernah membangun gereja-Nya di atas dasar sebuah Kitab/Buku sebagai dasar iman, tetapi Ia membangun sebuah Gereja sebagai pilar dan dasar dari sebuah kebenaran. (2 Tim 3:15). Dan Dia tidak pernah berjanji sebuah buku/Kitab melainkan Diri-Nya sendiri akan selalu beserta Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:20) dan Roh Kudus akan memimpin para rasul dan para pengganti mereka sampai kepenuhan kebenaran yakni setelah Ia naik ke Surga (Yoh 14:16-17).

2. TRADISI DAN KITAB SUCI

Pada awal gereja di mana Kitab Suci belum ada, umat Kristen percaya pada pengajaran para Rasul, yang menjadi dasar iman mereka, yang mana disebut oleh gereja sebagai “Tradisi Suci“. Hal ini bisa dilihat dalam Mat 15:6-9. Sedangkan istilah-istilah seperti Tritunggal, Api Penyucian dan lain-lain berasal dari surat-surat para bapa Gereja yang kemudian dikuatkan oleh isi Kitab Suci kelak.

Tentang pentingnya Tradisi Suci dalam gereja bisa dibaca dalam 2 Tesalonika 2:15; “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” Atau dalam 1 Korintus 11:2: “…kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu.”

“TRADISI SUCI DAN KITAB SUCI BERHUBUNGAN ERAT SEKALI DAN TERPADU. SEBAB KEDUANYA MENGALIR DARI SUMBER ILAHI YANG SAMA, DAN DENGAN CARA TERTENTU BERGABUNG MENJADI SATU DAN MENJURUS KE ARAH TUJUAN YANG SAMA” (DV 9). KEDUA-DUANYA MENGHADIRKAN DAN MENDAYA-GUNAKAN MISTERI KRISTUS DI DALAM GEREJA, YANG MENJANJIKAN AKAN TINGGAL BERSAMA ORANG-ORANG-NYA “SAMPAI AKHIR ZAMAN” (MAT 28:20).

~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 80

“DENGAN DEMIKIAN MAKA GEREJA, YANG DIPERCAYAKAN UNTUK MENERUSKAN DAN MENJELASKAN WAHYU, MENIMBA KEPASTIANNYA TENTANG SEGALA SESUATU YANG DIWAHYUKAN BUKAN HANYA MELALUI KITAB SUCI. MAKA DARI ITU KEDUANYA [BAIK TRADISI MAUPUN KITAB SUCI] HARUS DITERIMA DAN DIHORMATI DENGAN CITA RASA KESALEHAN DAN HORMAT YANG SAMA” (DV 9).

~KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 82

Dengan penjelasan ini maka kiranya menjadi jelas bahwa: Pertama, Kitab Suci adalah sebuah Tradisi. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh Allah sebagai sebuah buku melainkan berupa inspirasi yang menggerakan para penulis menuliskan apa yang mereka alami. Kedua, tradisi lisan maupun tulisan tetap penting dalam membangun iman umat.

3. ALASAN TULISAN-TULISAN DIKUMPULKAN MENJADI KITAB SUCI

Pada masa awal gereja, terdapat sekitar lebih dari 50 Injil, yang termasuk 4 Injil yang ada dalam Kitab Suci sekarang ini (Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Selain itu, ada juga Injil lain seperti Injil Yakobus, Injil Thomas, Injil Ibrani, dll. Ada juga 22 buku Kitab lain, Kisah Para Rasul, Kisah Paulus, dan lain sebagainya. Banyaknya Kitab-kitab Injil ini semakin membingungkan umat gereja perdana. Di antara Injil dan Kitab-kitab itu ada juga yang isinya sangat bertentangan dengan ajaran Para Rasul, seperti ajaran Arius yang mengatakan bahwa Yesus bukan Allah, Apolinarius; Yesus bukan manusia, Macedonius; Roh Kudus bukan Allah. Kenyataan ini sungguh sangat memprihatinkan umat terutama dalam usaha untuk mengembangkan kehidupan iman mereka.

Menghadapi tantangan-tantangan nyata seperti itu, Gereja Katolik akhirnya memutuskan untuk menyeleksi beberapa Kitab yang menunjukkan keaslian pada ajaran para Rasul dan yang betul-betul penuh inspirasi. Inilah yang nantinya disebut Kanon (sarana untuk mengukur keaslian dan kebenaran Kitab Suci). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa: “Injil datang dari Gereja dan bukan gereja datang dari Injil.” (Inilah jawaban atas pertanyaan kedua di atas).

Sekedar sebagai kesaksian bahwa banyak orang Protestan akhirnya kembali kepada pangkuan Gereja Katolik setelah menyadari akan kebenaran cerita tentang Kitab Suci. Ini bukan terjadi karena mereka cuma belajar tentang Kitab Suci sendiri tetapi mereka belajar tentang sejarah terbentuknya Kitab Suci, yang merupakan hasil kerja keras dari Gereja Katolik. Dalam konteks ini, kita bisa mengatakan bahwa: “Tanpa Gereja Katolik, pasti kita tidak memiliki Kitab Suci seperti yang ada sekarang ini.“

4. GEREJA KATOLIK-LAH YANG MENGUMPULKAN TULISAN-TULISAN YANG BERSERAKAN DAN MENJADIKANNYA KITAB SUCI SEPERTI YANG SEKARANG INI

“DALAM TRADISI APOSTOLIK GEREJA MENENTUKAN, KITAB-KITAB MANA YANG HARUS DICANTUMKAN DALAM DAFTAR KITAB-KITAB SUCI. DAFTAR YANG LENGKAP INI DINAMAKAN “KANON” KITAB SUCI. SESUAI DENGAN ITU PERJANJIAN LAMA TERDIRI DARI 46 (45, KALAU YEREMIA DAN LAGU-LAGU RATAPAN DIGABUNGKAN) DAN PERJANJIAN BARU TERDIRI ATAS 27 KITAB. PERJANJIAN LAMA: KEJADIAN, KELUARAN, IMAMAT, BILANGAN, ULANGAN, YOSUA, HAKIM-HAKIM, RUT, DUA BUKU SAMUEL, DUA BUKU RAJA-RAJA, DUA BUKU TAWARIKH, ESRA DAN NEHEMIA, TOBIT, YUDIT, ESTER, DUA BUKU MAKABE, AYUB, MAZMUR, AMSAL, PENGKHOTBAH, KIDUNG AGUNG, KEBIJAKSANAAN, YESUS SIRAKH, YESAYA, YEREMIA, RATAPAN, BARUKH, YEHESKIEL, DANIEL, HOSEA, YOEL, AMOS, OBAJA, YUNUS, MIKHA, NAHUM, HABAKUK, ZEFANYA, HAGAI, ZAKHARIA, MALEAKHI.PERJANJIAN BARU: INJIL MENURUT MATIUS, MARKUS, LUKAS DAN YOHANES, KISAH PARA RASUL, SURAT-SURAT PAULUS: KEPADA UMAT DI ROMA, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA UMAT KORINTUS, KEPADA UMAT DI GALATIA, KEPADA UMAT DI EFESUS, KEPADA UMAT DI FILIPI, KEPADA UMAT DI KOLOSE, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA UMAT DI TESALONIKA, SURAT PERTAMA DAN KEDUA KEPADA TIMOTIUS, SURAT KEPADA TITUS, SURAT KEPADA FILEMON, SURAT KEPADA ORANG IBRANI, SURAT. YAKOBUS, SURAT PERTAMA DAN KEDUA PETRUS, SURAT PERTAMA, KEDUA, DAN KETIGA YOHANES, SURAT YUDAS, DAN WAHYU KEPADA YOHANES.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 120

Berawal dari Melito, Uskup dari Sardis (tahun 170 SM) yang mencoba untuk memiliki sebuah kanon tentang Kitab Suci Perjanjian Lama, namun karena ada kesulitan dalam daftar besar kitab-kitab yang beredar pada waktu itu maka usaha ini tidak berjalan dengan lancar.

Di bawah kepemimpinan Paus ke-37, St. Damasus I (366-384), dengan Magisterium Gereja yang infallible (tidak dapat salah), Paus Roma menentukan kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci dan membuang beberapa kitab untuk tidak dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci. Paus Damasus I kemudian memerintahkan St. Hieronimus (St. Jerome) untuk menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin yang kita kenal dengan nama Vulgata. Kitab-kitab yang ditentukan oleh Paus St. Damasus ke dalam Kanon Kitab Suci adalah yang kita pergunakan oleh orang-orang Kristen hingga saat ini.

Dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) yang dimiliki oleh Paus, ia kemudian menerima Injil Lukas dan digabungkan dengan ketiga Injil lain dengan alasan bahwa dalam Injil Lukas terekam lengkap kisah kanak-kanak Yesus, terutama dalam hubungan dengan Santa Perawan Maria. Lukas jugalah yang untuk pertama kalinya melukis gambar Bunda Maria dengan Yesus, yang sampai saat ini masih tersimpan di Gereja Basilika Santa Maria major di Roma. Injil Matius jelas memberitahukan tentang kuasa mengajar Petrus dan gereja yang dibangun di atasnya. Injil Yohanes digunakan oleh orang Kristen perdana untuk mempertahankan imannya, terutama dalam hubungan dengan Sakramen Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Yesus. Injil Markus juga memberikan gambaran yang jelas tentang kuasa St. Petrus untuk memimpin gereja yang didirikan oleh Yesus, dan kuasa ini sampai saat ini masih dijalankan oleh para penggantinya, yakni Paus di Roma.

Daftar kitab-kitab yang diterima oleh Paus Damasus I dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) untuk dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci antara lain :

– Injil Matius

– Injil Markus

– Injil Lukas

– Injil Yohanes

– Kisah Para Rasul

– Surat Paulus kepada jemaat di Roma

– Surat Paulus kepada jemaat di Korintus 1

– Surat Paulus kepada jemaat di Korintus 2

– Surat Paulus kepada jemaat di Galatia

– Surat Paulus kepada jemaat di Efesus

– Surat Paulus kepada jemaat di Filipi

– Surat Paulus kepada jemaat di Kolose

– Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika 1

– Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika 2

– Surat Paulus kepada Timotius 1

– Surat Paulus kepada Timotius 2

– Surat Paulus kepada Titus

– Surat Paulus kepada Filemon

– Surat kepada orang Ibrani

– Surat Yakobus

– Surat Petrus 1

– Surat Petrus 2

– Surat Yohanes 1

– Surat Yohanes 2

– Surat Yohanes 3

– Surat Yudas

– Wahyu kepada Yohanes

Daftar kitab-kitab yang ditolak oleh Paus Damasus I dengan kuasa infallible (tidak dapat salah) untuk tidak dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci antara lain :

– Injil Thomas

– Injil Maria Magdalena

– Injil masa kanak-kanak Yesus menurut Thomas

– Injil masa kanak-kanak Yesus menurut Yakobus

– Injil Petrus

– Injil Bartolomeus

– Injil Nikodemus

– Injil Nazorean

– Injil kaum Ebionit

– Injil Filipus

– Injil Ibrani

– Injil Andreas

– Injil Apelles

– Injil Barnabas

– Injil Basilides

– Injil Eva

– Injil Fayum

– Injil Yakobus Kecil

– Injil Yudas Iskariot

– Injil Marcion

– Injil Maria

– Injil Matias

– Injil Thaddeus

– Injil Duabelas

– Injil Hidup

– Injil Kesempurnaan

– Injil Kebenaran

– Injil orang-orang Mesir

– Kisah Petrus dan Kedua belas Rasul

– Kisah Andreas

– Kisah Yohanes

– Kisah Thomas

– Kisah Paulus

– Dialog Sang Penyelamat

– Peribahasa Yesus

– Ajaran Yesus Kristus

– Ajaran Duabelas Rasul

– Rahasia dari Yohanes

– Konstitusi Kerasulan

– Keturunan Maria

– Pertanyaan dari Maria

– Apokrifa Yakobus

– Apokrifa Yohanes

– Khotbah Petrus

– Surat Abgar

– Surat Barnabas

– Surat Clement

– Surat Clement kepada jemaat di Korintus 1

– Surat Clement kepada jemaat di Korintus 2

– Surat Clement untuk kegadisan

– Surat Clement kepada Yakobus

– Surat Ignatius

– Surat Paulus kepada jemaat di Leodicea dan Alexandria

– Wahyu kepada Paulus

– Wahyu kepada Yakobus 1

– Wahyu kepada Yakobus 2

– Wahyu kepada Petrus

Kitab-kitab tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Dengan infalibilitas Paus Roma maka kitab-kitab tersebut dinyatakan sebagai bidaah (sesat) dan tidak layak untuk dibaca oleh umat kristen gereja perdana. Menarik bahwa orang-orang Kristen non-Katolik tidak menolak atau mempertanyakan otoritas dan karya Paus St. Damasus I ini. Dengan kata lain, mereka menerima bahwa Paus St. Damasus I adalah infallible (tidak dapat salah) dalam menentukan kitab-kitab dalam Kanon Kitab Suci.

Inilah dasar bahwa Magisterium Gereja Katolik kebal terhadap kesalahan (infalibilitas).

“CIRI TIDAK DAPAT SESAT ITU ADA PADA IMAM AGUNG DI ROMA, KEPALA DEWAN PARA USKUP, BERDASARKAN TUGAS BELIAU, BILA SELAKU GEMBALA DAN GURU TERTINGGI SEGENAP UMAT BERIMAN, YANG MENEGUHKAN SAUDARA-SAUDARA BELIAU DALAM IMAN, MENETAPKAN AJARAN TENTANG IMAN ATAU KESUSILAAN DENGAN TINDAKAN DEFINITIF. SIFAT TIDAK DAPAT SESAT, YANG DIJANJIKAN KEPADA GEREJA, ADA PULA PADA BADAN PARA USKUP, BILA MELAKSANAKAN WEWENANG TERTINGGI UNTUK MENGAJAR BERSAMA DENGAN PENGGANTI PETRUS” (LG 25) TERUTAMA DALAM KONSILI EKUMENIS. APABILA GEREJA MELALUI WEWENANG MENGAJAR TERTINGGINYA “MENYAMPAIKAN SESUATU UNTUK DIIMANI SEBAGAI DIWAHYUKAN OLEH ALLAH” (DV 10) DAN SEBAGAI AJARAN KRISTUS, MAKA UMAT BERIMAN HARUS “MENERIMA KETETAPAN-KETETAPAN ITU DENGAN KETAATAN IMAN” (LG 25). INFALLIBILITAS INI SAMA LUASNYA SEPERTI WARISAN WAHYU ILAHI.”

~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 891

“KEBAL SALAH DARI MAGISTERIUM PARA GEMBALA MENCAKUP SEGALA UNSUR AJARAN, JUGA AJARAN KESUSILAAN YANG MUTLAK PERLU UNTUK MEMPERTAHANKAN, MENJELASKAN, DAN MELAKSANAKAN KEBENARAN-KEBENARAN IMAN YANG MENYELAMATKAN.”
~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 2051

5. TIDAK ADA KITAB SUCI TANPA GEREJA

Dari berbagai penjelasan di atas, kita lalu sampai pada kesimpulan logis bahwa: “Tidak ada Kitab Suci tanpa Gereja Katolik“. Gereja Katoliklah yang mengadakan Kitab Suci, yang sekarang malah diklaim oleh banyak orang sebagai miliknya, dan lebih parah lagi jika mereka berani mengatakan bahwa mereka lebih benar dan lebih tahu tentang Kitab Suci daripada Gereja Katolik. Ini sungguh sebuah lawak yang tidak lucu.

Dengan demikian, bagi mereka yang menyangkal Tradisi Suci, kuasa mengajar dan memimpin Paus Roma (Magisterium Gereja) dan cuma percaya pada pewahyuan selalu mempertanyakan keabsahan Kitab Suci. Ini yang harus kita sadari bahwa ketika kita menyebut Injil Lukas, Injil Markus, dll. bukan berarti bahwa Kitab Suci sungguh ditulis oleh mereka. Kepercayaan ini berdasar pada tradisi gereja. Karena itu, isi Kitab Suci sendiri merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan mereka yang menjadi saksi bukan hanya sebagai Rasul tetapi sebagai murid dari para rasul seperti Lukas dan Markus. Kedua penulis ini bukanlah tergabung dalam kelompok 12 Rasul. Mereka adalah murid dari Petrus dan Paulus.

Ini adalah dasar bahwa Kitab Suci yang telah dikanonkan dijamin dari kesalahan (infalibilitas).

“ALLAH ADALAH PENYEBAB KITAB SUCI: IA MENGILHAMI PENGARANG-PENGARANG MANUSIA: IA BEKERJA DALAM MEREKA DAN MELALUI MEREKA. DENGAN DEMIKIAN IA MENJAMIN, BAHWA BUKU-BUKU MEREKA MENGAJARKAN KEBENARAN KESELAMATAN TANPA KEKELIRUAN.”

~ KATEKISMUS GEREJA KATOLIK 136

Karena itu, perjuangan untuk memasukkan sebuah kitab/Surat dalam Kitab Suci sungguh memakan waktu dan pertimbangan yang matang dari sisi pewahyuan dan isinya yang mendukung perkembangan iman umat, seperti misalnya; Kitab Wahyu. Kitab ini awalnya tidak diterima oleh umat kristen perdana. Tapi hanya karena keputusan dari Paus Roma (bersifat infallible / tidak dapat salah) yang mempertimbangkan bahwa isi kitab ini dapat membantu umat dalam mengenal dan mengimani Allah, maka akhirnya Kitab Wahyu termaktub dalam Kitab Suci seperti sekarang ini. Kuasa Paus untuk menentukan ini berdasar pada Mat 28:20; “Ajarilah mereka tentang segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan, lihatlah, Aku akan menyertaimu sampai akhir zaman.” (kamu di sini adalah para rasul dibawa komando Petrus sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh Yesus).

Menjadi sebuah kebenaran bahwa segala sesuatu yang diperbuat oleh para rasul dan para bapa gereja perdana tidak tertulis dalam Kitab Suci. Kitab Suci sendiri mengakuinya itu dalam Yoh 21:25; “Masih ada banyak hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jika semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Karena itu, mereka yang percaya bahwa kebenaran hanya terdapat dalam Kitab Suci membuat sebuah kontradiksi besar dalam hidup mereka, ketika mereka menerima pewahyuan lewat pemimpin gereja mereka sebagai kebenaran. Bukankah apa yang diwahyuhkan kemudian tidak tertulis dalam Kitab Suci? Mengapa mereka harus mengakuinya? Gereja Katolik telah melihat kemungkinan bahwa Allah akan terus bekerja dalam setiap generasi sampai akhir zaman. Karena itu, kebenaran dalam Kitab Suci tak pernah disangkal, tetapi pewahyuan atau apa yang dilestarikan dalam tradisi gereja juga dipercaya datang dari Allah.

Karena itu, di balik segala kelemahan dan kekurangan gereja, terutama lewat pemimpin-pemimpinnya, kita tidak bisa membuatnya menjadi alasan untuk meninggalkan Gereja Katolik, apalagi untuk membenci. Gereja Katolik adalah gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri di atas dasar Petrus (Mat 16:18) sebagai lambang kesatuan para rasul yang lain. Para rasul yang lain, seperti Yakobus, Matius, Tadeus, dll. bahkan murid kesayangan Yesus, Yohanes, tak pernah mendirikan sebuah gereja baru karena kuasa yang diberikan kepada mereka. Walaupun berbeda pendapat atas banyak hal tapi mereka tetap percaya kepada Petrus sebagai pemimpin resmi mereka, yang diangkat sendiri oleh Yesus. Bahkan di zaman Paulus yang mendapatkan pewahyuan luar biasa dari Yesus, bahkan disebut rasul bagi bangsa-bangsa lain pun tetap mengakui Petrus sebagai pemimpinnya karena hak yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus sendiri secara khusus.

Pertanyaan untuk direnungkan oleh semua orang Kristen (baik Katolik maupun Protestan) :

“Kalau Yesus, kalau Petrus dan para rasul yang lain tidak pernah membagi gereja menjadi bagian-bagian yang terpisah satu sama lain, sekalipun banyak terjadi salah paham baik pada level theologis maupun praktis hidup terjadi,  lalu mengapa kita manusia sekarang harus membaginya karena merasakan bahwa keinginan kita tidak terakomodir dalam Gereja Katolik, lalu kita mendirikan gereja baru? Apa artinya doa Yesus: “Semoga mereka bersatu” untuk dewasa ini? Kalau Yesus mempersatukan maka iblislah yang selalu mencerai beraikan kita lewat nafsu dan keinginan kita yang tidak bisa kita kontrol. Sadarlah akan itu dan renungkanlah. Kembalilah ke pangkuan Gereja Katolik karena itulah yang diinginkan oleh Yesus.

Penulis: Rm. Inno Ngutra






Next Video LDK Putri Sakristi, Gereja Hati Perawan Maria tak bernoda