BAB III. "WARTA IMAN"
Tujuan Pembahasan :
Pokok ini akan menjelaskan tentang isi iman Kristiani yang dalam teologi direfleksikan secara ilmiah, yaitu tentang iman. Tujuannya agar kita dapat mengenai dan mengakui iman, merayakan iman dalam liturgy dan sakramen, serta menghayati dan mewujudkan iman dalam hidup setiap hari.
III.1 IMAN YANG DIAKUI
Iman kristiani adalah kepercayaan kepada Allah yang telah mewahyukan diri sebagai Bapa dengan mengutus Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal agar manusia dapat bersatu dengan-Nya dalam Roh Kudus. Iman kristiani pada hakikatnya bersifat trinitaris : iman kepada Allah Tritunggal.
III.1.1. ALLAH PENCIPTA
III.1.1.1. Hakikat Allah
A. Keberadaan Allah
Allah memiliki keberadaan-Nya. Terdapat beberapa pra-anggapan umum yang menunjukkan bahwa Allah itu ada, yaitu :
Bahwa Allah ada Pra-anggapan "Allah ada" adalah penting seperti apa yang dipaparkan oleh Alkitab: Kej 1:1 Maz 14:1 Ibr 11:6 Maz 53:1 Yoh 7:17 Maz 10:3-4 Keberadaan Allah bukan dalam "ide" atau "kuasa", tetapi sebagai "Pribadi".
Bahwa Allah telah menyatakan Diri melalui PenyataanNya (wahyu). Allah menyatakan Diri melalui ciptaan, sejarah, hati nurani, Alkitab dan Yesus Kristus (Bdk. Mar 11:6; Kej 1:1; Yoh 7:17 )
Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kemampuan untuk dapat mengenal/ mengerti tentang Allah. Pengetahuan manusia tentang Allah adalah pengetahuan yang sudah ada secara naluriah dan pengetahuan yang harus diusahakan ( Kej 1:26; Rom 10:7 ).
Hanya dengan iluminasi Roh Kudus, manusia dapat mengenal Allah. Bahwa karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia tidak lagi dapat mengenal Allah dengan benar, kecuali kalau Roh Kudus memberikan iluminasi kepada manusia (1Ko 2:14; Yoh 16:13; 2Pe 1:20-21).
Manusia sudah mempunyai kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun hanya samar-samar), tetapi menolak kesaksian ini. Tugas orang Kristen adalah menghadapkan orang bukan Kristen dengan Allah, bukan untuk mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin Allah ada. Orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil (Rom 1:18-32).
Warta iman tentang keberadaan Allah mendapat tantangan dari kelompok-kelompok yang menyangkal keberadaan Allah itu. Bentuk-bentuk penyangkalan terhadap keberadaan Allah itu, antara lain :
a. Penyangkalan mutlak (Atheis). Mereka yang menyangkal keberadaan Allah digolongkan menjadi 2 kategori:
1. Atheis teoritis/sejati Orang-orang yang mendasarkan penyangkalannya kepada Tuhan atas suatu proses pemikiran (2 Kor 4: 4, 5; 1 Ko 1:21)
2. Atheis praktis. Orang-orang yang tak bertuhan, yang dalam hidup sehari-harinya tidak mengindahkan Tuhan (Maz 14:1, Maz 10:4b; Efe 2:12).
Next " Teologi Katolik Part 6 "
> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik Part 5
> Teologi Katolik Part 7
Sept"19
BW
" Pertobatan sungguh-sungguh bisa terjadi dan terus bertumbuh bila hidup dalam lingkungan yang baik yaitu melaui suatu komunitas rohani."
Minggu, 29 September 2019
Teologi Dasar part 4: Teologi Apologetika
Lanjutan tentang teologi dasar.
Hari ini kita melanjutkan bab II bagian ke 9. Belajar teologi tentang mempertahankan dan membela keyakinan agama tenta dasar-dasar iman kristiani. Nah, untuk selanjutnya baca dan pelajarilah apa itu yang disebut Teologi Apologetika.
2.9 Teologi Apologetika
Apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukkan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.
Santo Petrus dalam suratnya yang pertama mengatakan: “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggunganjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padamu.” (1Ptr.3:15). Dengan demikian, apologetika berkaitan dengan teologi dasar, yaitu mengenai dasar-dasar iman Kristiani. Teologi Apologetika banyak dipakai oleh para Bapa Gereja (abad II – abad VIII) untuk membela iman Kristiani terhadap serangan dari pihak bidaah pada zaman itu.
Tidak sedikit terjadi bahwa umat Katolik kita dewasa ini tidak mampu memberikan pertanggunganjawaban terhadap berbagai persoalan iman yang sering ditanyakan, baik oleh agama lain, Gereja lain, maupun oleh kalangan anggota Gereja sendiri. Selain itu, umat Katolik banyak diombang-ambing oleh berbagai ajaran yang sebenarnya bukan ajaran Kristiani yang benar. Maka tujuan utama apologetika adalah memberi pertanggunganjawaban dan membela ajaran Kristiani yang benar yang didasarkan pada Kitab Suci dan ajaran Magisterium Gereja.
Seperti informasi-informasi sebelumnya, dimana kita telah memperoleh penjelasan pada bab pertama tentang pendahuluan, kemudian pada bab II perkenalan akan teologi, hingga akhirnya mulai besok kita akan memasuki bab III. Yaitu :"MEWARTAKAN IMAN". Semoga dengan mempelajari teologi membantu kita untuk semakin beriman kepadaNya.
Next " Teologi Katolik part 5 "
> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik Part 5
Jkt Minggu IV Sep"19
BW
Hari ini kita melanjutkan bab II bagian ke 9. Belajar teologi tentang mempertahankan dan membela keyakinan agama tenta dasar-dasar iman kristiani. Nah, untuk selanjutnya baca dan pelajarilah apa itu yang disebut Teologi Apologetika.
2.9 Teologi Apologetika
Apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukkan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.
Santo Petrus dalam suratnya yang pertama mengatakan: “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggunganjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padamu.” (1Ptr.3:15). Dengan demikian, apologetika berkaitan dengan teologi dasar, yaitu mengenai dasar-dasar iman Kristiani. Teologi Apologetika banyak dipakai oleh para Bapa Gereja (abad II – abad VIII) untuk membela iman Kristiani terhadap serangan dari pihak bidaah pada zaman itu.
Tidak sedikit terjadi bahwa umat Katolik kita dewasa ini tidak mampu memberikan pertanggunganjawaban terhadap berbagai persoalan iman yang sering ditanyakan, baik oleh agama lain, Gereja lain, maupun oleh kalangan anggota Gereja sendiri. Selain itu, umat Katolik banyak diombang-ambing oleh berbagai ajaran yang sebenarnya bukan ajaran Kristiani yang benar. Maka tujuan utama apologetika adalah memberi pertanggunganjawaban dan membela ajaran Kristiani yang benar yang didasarkan pada Kitab Suci dan ajaran Magisterium Gereja.
Seperti informasi-informasi sebelumnya, dimana kita telah memperoleh penjelasan pada bab pertama tentang pendahuluan, kemudian pada bab II perkenalan akan teologi, hingga akhirnya mulai besok kita akan memasuki bab III. Yaitu :"MEWARTAKAN IMAN". Semoga dengan mempelajari teologi membantu kita untuk semakin beriman kepadaNya.
Next " Teologi Katolik part 5 "
> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik Part 5
Jkt Minggu IV Sep"19
BW
Selasa, 24 September 2019
Rabu, 18 September 2019
Teologi Dasar Katolik part 3
Saudaraku, hari ini kita akan melanjutkan perkenalan dengan teologi bab II pada bagian ke tiga dan pada bagian teologi modern bagian 4. Semoga sangat membantu untuk berkenalan maupun mendalami trologi.
2.3 Perkembangan Penggunaan Istilah Teologi
Istilah "teologi" dipakai oleh para penulis Skolastik (istilah yang digunakan oleh kaum humanis dan pada abad ke-16 digunakan oleh para sejarahwan filsafat untuk menjelaskan pandangan para filosof dan teolog pada abad pertengahan) dan universitas-universitas Baru di Eropa, di mana teologi menjadi sebuah pelajaran yang sangat sistematis, sebuah ladang studi dan pengajaran, bahkan sebagai sebuah disiplin atau sebuah ilmu. Pemakaian istilah teologi tidak sepenuhnya baru -- ini telah dimulai sebelumnya oleh komunitas Yunani Kristen dan beberapa di dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja, tetapi hal ini masih merupakan bayangan perkembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademis yang tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Kristen. Pada saat yang sama para pelajar di universitas-universitas memperluas perbedaan antara macam-macam teologia yang beragam, di samping pembedaan umum antara teologi dan filafat, seperti halnya perbedaan antara iman (faith) dan alasan (reason). Walaupun para Reformator secara umum tidak sabar dengan perbedaan yang dibuat oleh para pelajar di universitas-universitas, namun para pendahulunya, pada zaman Konfesional Ortodoksi atau Protestan Skholastisme telah mengadopsi atau mengembangkan sebuah kategori yang luas tentang macam-macam teologi.
2.4 Istilah Teologi di Era Modern
Di era modern, teologi sering dipakai dalam pengertian yang luas dan cakupan yang komprehensif, yang merangkum semua disiplin ilmu, baik di universitas-universitas maupun dalam pelayanan-pelayanan gerejani (contohnya, bahasa alkitab, sejarah gereja, homiletika, dll.). Teologi adalah sebuah disiplin akademik, contohnya, literatur atau fisika. Lebih tepat, istilah teologi merujuk kepada pengajaran tentang Allah dan hubungannya dengan dunia dari penciptaan sampai penyempurnaan (consummation). Pengajaran ini telah dirangkum dalam sebuah catatan rasional yang dibuat secara spesifik oleh seseorang atau lebih dari suatu kualifikasi yang luas, yang mengindikasikan gereja atau tradisi, termasuk Monastik, Katolik Roma, Reformed, Evangelikal, Ekumenikal. Bahan-bahan dasar teologi, seperti alamiah, alkitab, konfesi-konfesi, simbol-simbol (misalnya, didasarkan pada sebuah 'simbol' gereja, yang artinya di sini adalah kredo-kredo, dll.). Teologi mengandung doktrin, seperti doktrin baptisan, doktrin Trinitas, dll. Pusat organisasi atau motif atau fokus teologi, misalnya perjanjian (covenan), liberasi, inkarnasional, feminisme, teologi salib -- masing-masing merujuk kepada lebih dari satu pokok bahasan. Tujuan teologi untuk memberi keputusan bagi pendengarnya, misalnya dalam apologetika, polemik, dll.
2.5 Penggunaan Istilah Teologi “Hari Ini”
Disiplin utama studi teologi hari ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, di antaranya, teologi biblika, teologi historika, teologi sistematika, teologi filsafat, teologi pastoral dan teologi praktikal dan yang kurang dikenal secara luas, seperti teologi dogmatika (dogmatic theology), teologi liturgika dan teologi fundamental. Sebenarnya, lebih banyak lagi ragam teologi; setidaknya bersifat konfesional atau mencirikan suatu denominasi.
2.6 Tempat Teologi dan Pentingnya Mempelajari Teologi secara Sistematis
Pertanyaan yang sering timbul adalah kalau Teologi adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dan sebagainya? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologi bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.
Karena itu, teologi merupakan suatu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari secara sistematis. Alasannya adalah :
1. Manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2. Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
3. Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
4. Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?"
5. Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologi bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2 Tit 2:24-25; 2 Tit 3:15-16
6. Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.
2.7 Sumber dan Metode Teologi
Teologi memiliki tiga sumbernya, yakni :
1. Alkitab, sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi
iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja, khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di
gereja dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
3. Buku-buku Lain, sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang
dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana
membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.
Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam teologi, antara lain :
a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna, disingkirkan, karena tidak diterima oleh rasio).
b. Metode Karl Barth. Teori Barth mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu, Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia, maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung, sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu.
c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi karena manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian, meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka kalau begitu obyeklah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.
d. Metode Paul Tillich. Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu, ia menolak jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.
e. Metode Interpretasi Analitis. Teologi adalah ilmu tentang Allah yang memberikan paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.
2.8. Pembagian Teologi
Teologi dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi. Dalam arti ini, teologi dibagi atas :
a. Teologi Biblika (Eksegetis): Teologi yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologi Historika (Sejarah): Teologi yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologi dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologi Sistematika (Doktrin Iman Kristen): Teologi yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologi Praktika (Pelayanan): Teologi yang berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.
Sedangkan dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Dalam arti ini, teologi dapat dibagi atas :
a. Bibliologi (Alkitab)
b. Teologia Proper (Allah)
c. Antropologi (Manusia)
d. Soteriologi (Keselamatan)
e. Kristologi (Yesus Kristus)
f. Pneumatologi (Roh Kudus)
g. Eklesiologi (Gereja)
h. Eskatologi (Akhir zaman)
Minggu depan kita tetap mempelajari teologi perkembangan pengenalan tentang teologi bab II bagian ke 9 dan seterusnya. Semoga membantu kita sekalian didalam mempelajari teologi dasar. Seandainya belum jelas boleh ditanyakan. Trims.
Next : Teologi Dasar bagian 2.9 : Teologi Apologetika
> Teologi Katolik Part lainnya
Salam dari Ponti Sep" 19.
Ponti 18 Sept "19
Bram W.
2.3 Perkembangan Penggunaan Istilah Teologi
Istilah "teologi" dipakai oleh para penulis Skolastik (istilah yang digunakan oleh kaum humanis dan pada abad ke-16 digunakan oleh para sejarahwan filsafat untuk menjelaskan pandangan para filosof dan teolog pada abad pertengahan) dan universitas-universitas Baru di Eropa, di mana teologi menjadi sebuah pelajaran yang sangat sistematis, sebuah ladang studi dan pengajaran, bahkan sebagai sebuah disiplin atau sebuah ilmu. Pemakaian istilah teologi tidak sepenuhnya baru -- ini telah dimulai sebelumnya oleh komunitas Yunani Kristen dan beberapa di dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja, tetapi hal ini masih merupakan bayangan perkembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademis yang tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Kristen. Pada saat yang sama para pelajar di universitas-universitas memperluas perbedaan antara macam-macam teologia yang beragam, di samping pembedaan umum antara teologi dan filafat, seperti halnya perbedaan antara iman (faith) dan alasan (reason). Walaupun para Reformator secara umum tidak sabar dengan perbedaan yang dibuat oleh para pelajar di universitas-universitas, namun para pendahulunya, pada zaman Konfesional Ortodoksi atau Protestan Skholastisme telah mengadopsi atau mengembangkan sebuah kategori yang luas tentang macam-macam teologi.
2.4 Istilah Teologi di Era Modern
Di era modern, teologi sering dipakai dalam pengertian yang luas dan cakupan yang komprehensif, yang merangkum semua disiplin ilmu, baik di universitas-universitas maupun dalam pelayanan-pelayanan gerejani (contohnya, bahasa alkitab, sejarah gereja, homiletika, dll.). Teologi adalah sebuah disiplin akademik, contohnya, literatur atau fisika. Lebih tepat, istilah teologi merujuk kepada pengajaran tentang Allah dan hubungannya dengan dunia dari penciptaan sampai penyempurnaan (consummation). Pengajaran ini telah dirangkum dalam sebuah catatan rasional yang dibuat secara spesifik oleh seseorang atau lebih dari suatu kualifikasi yang luas, yang mengindikasikan gereja atau tradisi, termasuk Monastik, Katolik Roma, Reformed, Evangelikal, Ekumenikal. Bahan-bahan dasar teologi, seperti alamiah, alkitab, konfesi-konfesi, simbol-simbol (misalnya, didasarkan pada sebuah 'simbol' gereja, yang artinya di sini adalah kredo-kredo, dll.). Teologi mengandung doktrin, seperti doktrin baptisan, doktrin Trinitas, dll. Pusat organisasi atau motif atau fokus teologi, misalnya perjanjian (covenan), liberasi, inkarnasional, feminisme, teologi salib -- masing-masing merujuk kepada lebih dari satu pokok bahasan. Tujuan teologi untuk memberi keputusan bagi pendengarnya, misalnya dalam apologetika, polemik, dll.
2.5 Penggunaan Istilah Teologi “Hari Ini”
Disiplin utama studi teologi hari ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, di antaranya, teologi biblika, teologi historika, teologi sistematika, teologi filsafat, teologi pastoral dan teologi praktikal dan yang kurang dikenal secara luas, seperti teologi dogmatika (dogmatic theology), teologi liturgika dan teologi fundamental. Sebenarnya, lebih banyak lagi ragam teologi; setidaknya bersifat konfesional atau mencirikan suatu denominasi.
2.6 Tempat Teologi dan Pentingnya Mempelajari Teologi secara Sistematis
Pertanyaan yang sering timbul adalah kalau Teologi adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dan sebagainya? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologi bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.
Karena itu, teologi merupakan suatu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari secara sistematis. Alasannya adalah :
1. Manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2. Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
3. Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
4. Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?"
5. Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologi bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2 Tit 2:24-25; 2 Tit 3:15-16
6. Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.
2.7 Sumber dan Metode Teologi
Teologi memiliki tiga sumbernya, yakni :
1. Alkitab, sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi
iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja, khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di
gereja dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
3. Buku-buku Lain, sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang
dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana
membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.
Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam teologi, antara lain :
a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna, disingkirkan, karena tidak diterima oleh rasio).
b. Metode Karl Barth. Teori Barth mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu, Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia, maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung, sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu.
c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi karena manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian, meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka kalau begitu obyeklah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.
d. Metode Paul Tillich. Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu, ia menolak jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.
e. Metode Interpretasi Analitis. Teologi adalah ilmu tentang Allah yang memberikan paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.
2.8. Pembagian Teologi
Teologi dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi. Dalam arti ini, teologi dibagi atas :
a. Teologi Biblika (Eksegetis): Teologi yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologi Historika (Sejarah): Teologi yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologi dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologi Sistematika (Doktrin Iman Kristen): Teologi yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologi Praktika (Pelayanan): Teologi yang berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.
Sedangkan dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Dalam arti ini, teologi dapat dibagi atas :
a. Bibliologi (Alkitab)
b. Teologia Proper (Allah)
c. Antropologi (Manusia)
d. Soteriologi (Keselamatan)
e. Kristologi (Yesus Kristus)
f. Pneumatologi (Roh Kudus)
g. Eklesiologi (Gereja)
h. Eskatologi (Akhir zaman)
Minggu depan kita tetap mempelajari teologi perkembangan pengenalan tentang teologi bab II bagian ke 9 dan seterusnya. Semoga membantu kita sekalian didalam mempelajari teologi dasar. Seandainya belum jelas boleh ditanyakan. Trims.
Next : Teologi Dasar bagian 2.9 : Teologi Apologetika
> Teologi Katolik Part lainnya
Salam dari Ponti Sep" 19.
Ponti 18 Sept "19
Bram W.
Rabu, 11 September 2019
Teologi Dasar Katolik part 2
BAB II : PERKENALAN DENGAN TEOLOGI
Tujuan Pembahasan :
Pokok ini akan menjelaskan definisi teologi, sejarah penggunaan istilah teologi, perkembangan penggunaan istilah teologi, istilah teologi di dunia modern, penggunaan istilah teologi di era modern, istilah teologi dewasa ini, tempat teologi dan pentingnya mempelajari teologi secara sistemati, sumber dan metode teologi, pembagian teologi dan teologi apologetika. Tujuannya agar mahasiswa memahami, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teologi pada umumnya.
2.1 Definisi Teologi
Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti Allah dan logos yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, teologi berarti ilmu tentang Allah. Teologi dapat dimengerti dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Sedangkan dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi.
Teologi ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/ ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Teologi meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini), tetapi dapat disebut sebagai ilmu, karena sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologi adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak berubah), dengan cara yang sistematis.
Dengan demikian Teologi Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:
a. Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.
b. Menuntut adanya penjelasan secara metodologis
c. Menyajikan kebenaran
d. Mempunyai nilai yang universal
e. Memiliki objek yang diteliti
2.2 Sejarah Penggunaan Istilah Teologi
Filo (20 sM.-50 M.), seorang Yahudi Helenis dan pemimpin komunitas Yahudi di Aleksandria dan juga seorang pengarang yang produktif menafsiran Pentateukh (5 Kitab Taurat). secara alegori serta menyebut Musa seorang "theologos", yakni seseorang yang berbicara tentang Allah atau seorang juru bicara Allah. Namun, tidak ada bentuk bahasa Yunani yang menunjukkan istilah ini di dalam Perjanjian Lama Septuaginta (LXX) atau di dalam Perjanjian Baru (kecuali sebutan "theologos" di dalam manuskrip Wahyu kepada Yohanes.
Istilah teologi mulai digunakan oleh kaum Apologis (sebuah kelompok kecil para pengarang Yunani abad kedua yang mengadakan pembelaan bagi kekristenan pada masa penganiayaan, fitnahan, dan serangan intelektual). Teologi kadang-kadang "merujuk kepada sesuatu yang ilahi", "sebutan Allah", sebuah makna yang seringkali muncul dalam perdebatan tentang keilahian Kristus (Christology) dan Roh Kudus. Pada tahun 200 M., kedua istilah Yunani dan istilah Latin untuk teologi disesuaikan terjemahannya untuk dipakai dalam pengajaran, biasanya dalam pengajaran Kristen tentang Allah. Athanasius memakai istilah teologia sebagai cara untuk memahami tentang keberadaan Allah, yang dibedakan dengan dunia dan sebagainya, seperti yang dilakukan Agustinus untuk mengajarkan tentang Allah. Sesekali, dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja istilah teologi merujuk kepada pemahaman yang luas dari doktrin-doktrin gereja. Dalam komunitas-komunitas iman, tidak ada pemisahan antara pengajaran tentang Allah dan pengetahuan (misalnya, pengertian dan pengalaman) tentang Allah. Dalam hal ini, teologia dapat berarti "memuji Allah".
Minggu depan kita akan melanjutkan kaitannya teologi pada umumnya bagian 2.3 dan seterusnya.
Trims. Kamis Sept"19.
Bram W.
Next " Part 3 " Bab II , 2.3
> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5
" Perbedaan Teologi Kristen Katolik VS Kristen Non Katolik "
Tujuan Pembahasan :
Pokok ini akan menjelaskan definisi teologi, sejarah penggunaan istilah teologi, perkembangan penggunaan istilah teologi, istilah teologi di dunia modern, penggunaan istilah teologi di era modern, istilah teologi dewasa ini, tempat teologi dan pentingnya mempelajari teologi secara sistemati, sumber dan metode teologi, pembagian teologi dan teologi apologetika. Tujuannya agar mahasiswa memahami, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teologi pada umumnya.
2.1 Definisi Teologi
Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti Allah dan logos yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, teologi berarti ilmu tentang Allah. Teologi dapat dimengerti dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Sedangkan dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi.
Teologi ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/ ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Teologi meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini), tetapi dapat disebut sebagai ilmu, karena sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologi adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak berubah), dengan cara yang sistematis.
Dengan demikian Teologi Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:
a. Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.
b. Menuntut adanya penjelasan secara metodologis
c. Menyajikan kebenaran
d. Mempunyai nilai yang universal
e. Memiliki objek yang diteliti
2.2 Sejarah Penggunaan Istilah Teologi
Filo (20 sM.-50 M.), seorang Yahudi Helenis dan pemimpin komunitas Yahudi di Aleksandria dan juga seorang pengarang yang produktif menafsiran Pentateukh (5 Kitab Taurat). secara alegori serta menyebut Musa seorang "theologos", yakni seseorang yang berbicara tentang Allah atau seorang juru bicara Allah. Namun, tidak ada bentuk bahasa Yunani yang menunjukkan istilah ini di dalam Perjanjian Lama Septuaginta (LXX) atau di dalam Perjanjian Baru (kecuali sebutan "theologos" di dalam manuskrip Wahyu kepada Yohanes.
Istilah teologi mulai digunakan oleh kaum Apologis (sebuah kelompok kecil para pengarang Yunani abad kedua yang mengadakan pembelaan bagi kekristenan pada masa penganiayaan, fitnahan, dan serangan intelektual). Teologi kadang-kadang "merujuk kepada sesuatu yang ilahi", "sebutan Allah", sebuah makna yang seringkali muncul dalam perdebatan tentang keilahian Kristus (Christology) dan Roh Kudus. Pada tahun 200 M., kedua istilah Yunani dan istilah Latin untuk teologi disesuaikan terjemahannya untuk dipakai dalam pengajaran, biasanya dalam pengajaran Kristen tentang Allah. Athanasius memakai istilah teologia sebagai cara untuk memahami tentang keberadaan Allah, yang dibedakan dengan dunia dan sebagainya, seperti yang dilakukan Agustinus untuk mengajarkan tentang Allah. Sesekali, dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja istilah teologi merujuk kepada pemahaman yang luas dari doktrin-doktrin gereja. Dalam komunitas-komunitas iman, tidak ada pemisahan antara pengajaran tentang Allah dan pengetahuan (misalnya, pengertian dan pengalaman) tentang Allah. Dalam hal ini, teologia dapat berarti "memuji Allah".
Minggu depan kita akan melanjutkan kaitannya teologi pada umumnya bagian 2.3 dan seterusnya.
Trims. Kamis Sept"19.
Bram W.
Next " Part 3 " Bab II , 2.3
> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5
" Perbedaan Teologi Kristen Katolik VS Kristen Non Katolik "
Teologi Dasar Katolik part 1
" TEOLOGI DASAR"
by Bram W.
BAB I
I. Pengantar & Pendahuluan
Saudaraku, di zaman ini begitu canggihnya ilmu pengetahuan, dan begitu mudahnya untuk mengakses informasi di internet tentang berbagai macam pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang Ke-Tuhanan yang biasanya di sebut " Teologi "
Namun, ada berbagai macam pandangan teologi dari berbagai macam Gereja yg menulis tentang Teologi, yg tentu antara Gereja Katolik dan Protestan sangat berbeda sekali.
Oleh karena saya terdorong berbagi pengetahuan teologi menurut pandangan Gereja Katolik yg pernah saya pelajari dan dari berbagai buku refrensi yg saya dalami sekaligus belajar menghayati menurut pandangan Gereja Katolik khususnya teologi dasar yg akan saya sajikan, sesuai pengetahuan yg pernah saya dapatkan sewaktu kuliah untuk kita dalami bersama.
Maka untuk mendalami teologi dasar ini, saya akan mengirimkan sambung menyambung, agar kita dapat membaca dan meresap agar pengetahuan teologi kita membantu kita menambah wawasan yg lebih luas.
Pendahuluan
Teologi secara luas didefinisikan sebagai studi sistematis tentang agama. Jadi Teologi adalah pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis dan bertalian tentang apa yang di imani sebagai Wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.
Teologi harus digolongkan dalam kegiatan intelektual manusia yang disebut “tahu” dan “mengetahui”. Akan tetapi, berbeda dengan pengetahuan harian, pengetahuan teologi bersifat metodis, sistematis dan selalu bertalian. Ini berarti bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah. Meski teologi bersifat ilmiah, teologi tidak termasuk ilmu-ilmu empiris (berdasarkan pengalaman). Adapun alasannya yaitu asas pengetahuan teologi tidaklah terbatas pada pengalaman indrawi dan logika sebagaimana halnya ilmu empiris. Pengetahuan teologi bersifat “adi-kodrati” (melebihi daya kodrat insani), karena didasarkan pada wahyu Allah yang diterima manusia dalam iman.
II . Wawasan tentang Teologi Dasar
"Apakah yang mendorong manusia untuk tidak hanya menuntut ilmu-ilmu empiris( berdasarkan pengalaman), dan filsafat, tetapi juga teologi ?"
Salah satu unsur yang termasuk pengetahuan harian adalah bahwa kita beragama. Banyak orang diperkenalkan dengan keyakinan dan kelakuan keagamaan tertentu berkat pewartaan yang terjadi di tempat tinggalnya. Pewartaan yang telah disampaikan kepada orang Katolik dan yang telah mereka terima ialah pewartaan Gereja Katolik yang berakar dalam suatu tradisi religius tertentu, yakni tradisi Yahudi- Kristiani. Dengan menanggapi pewartaan itu secara positif, mereka menjadi orang beriman kristiani, warga Gereja Katolik. Sebagai orang yang menganut agama Katolik, mereka mempunyai pengetahuan harian yang bersifat adi-kodrati. Tidak mungkin untuk sampai pada pengetahuan ini bila hanya menempuh jalan yang demi kodrat sudah terbuka bagi manusia, yaitu jalan rasio, sebab pengetahuan tersebut mengatasi kemampuan kodrat insani. Allah sendiri membukakan suatu jalan lain bagi manusia dengan pewahyuan diri-Nya sendiri melalui peristiwa-peristiwa Israel dan terutama melalui “peristiwa Yesus”. Berkat wahyu Allah, manusia dapat mengetahui hal-hal tertentu mengenai Tuhan, dunia, hidup dan mati, baik-buruknya kelakuan yang tidak mungkin diketahui hanya berdasarkan kemampuan insani saja. Pengetahuan harian tentang segala sesuatu yang diwahyukan Tuhan itu merupakan isi iman kristiani.
Pengetahuan iman bersifat adi-kodrati karena didasarkan pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan insani. Sifat adi-kodrati ini tidak hanya berlaku bagi pengetahuan iman dalam hidup sehari-hari, tetapi juga bentuknya yang ilmiah, yakni teologi. Kebenaran yang dicari dalam teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan pula kebenaran yang dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Apa yang diwahyukan Tuhan itu diterima manusia dalam iman karena Tuhanlah yang menyatakannya.
Kamis. Duc in Altum.
III. Teologi Kristiani
Pada minggu lalu, sudah dijelaskan apa itu teologi dasar dan apa yang mendorong kita untuk mendalaminya..? Oleh karena itu, kita perlu melangkah lebih dalam lagi menyelami Teologi Kristiani, supaya menambah wawasan didalam mendalami ilmu tentang Ketuhanan.
Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang mereka hayati sebagai orang beragama Kristiani.
Teologi bertumbuh dan berkembang di dalam sejarah umat manusia, terutama sejarah Israel dan sejarah Gereja. Karena itu, Ilmu Teologi dapat dikelompokkan atas :
Teologi Dasar atau Pengantar Teologi :
1."Teologi Wahyu" adalah teologi yang didasarkan pada Kitab Suci dan pengalaman relegius yg didasarkan pada penalaran apriori ( sesuatu yg belum di ketahuan)
2."Teologi Iman" adalah ilmu ketuhanan tentang sumber yg diyakini yaitu Yesus
3"Teologi Dogma." adalah teologi tentang kepercayaan atau dokrin dari ajaran Gereja itu sendiri.
4."Apologetika" adalah teologi pembelaan atau mempertahankan iman tentang ajaran gerejanya sendiri
5. Tafsir Kitab Suci terdiri dari :
· Eksegese Perjanjian Lama
· Eksegese Perjanjian Baru
· Teologi Alkitabiah
· Antropologi Teologis yang mencakupi Protoloi dan Eskatologi serta Soteriologi.
· Kristologi yang mencakup Pneumatologi (Roh Kudus) dan Trinitas.
· Eklesiologi yang mencakup Ekumene dan Hubungan Antaragama.
· Sakramentologi
6. Teologi Praksis (Teologi tentang pengenalan makna
perubahan sosial) terdiri dari :
Jadi Teologi Dasar atau Teologi Fundamental membahas apa yang menjadi dasar (asas atau prinsip) pengetahuan kita di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Selain itu, teologi dasar bertugas juga untuk mempertanggungjawabkan iman terhadap akal-budi dan membelanya terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Dilihat dari segi ini, maka Teologi Dasar disebut juga APOLOGETIKA.
Next kita akan mendalami bab dua tentang Perkenalan dengan teologi.
Dalam bab pertama sudah di jelaskan tentang teologi dasar. Lalu pada bagian kedua dibahas tentang apa yg mendorong mendalami teologi sehingga kita akan di perkenalkan dengan teologi kristiani. Semoga dalam bab pertama kita sudah mempunyai wawasan tetntang teologi dasar.
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5
Ttd
Bram W.
by Bram W.
BAB I
I. Pengantar & Pendahuluan
Saudaraku, di zaman ini begitu canggihnya ilmu pengetahuan, dan begitu mudahnya untuk mengakses informasi di internet tentang berbagai macam pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang Ke-Tuhanan yang biasanya di sebut " Teologi "
Namun, ada berbagai macam pandangan teologi dari berbagai macam Gereja yg menulis tentang Teologi, yg tentu antara Gereja Katolik dan Protestan sangat berbeda sekali.
Oleh karena saya terdorong berbagi pengetahuan teologi menurut pandangan Gereja Katolik yg pernah saya pelajari dan dari berbagai buku refrensi yg saya dalami sekaligus belajar menghayati menurut pandangan Gereja Katolik khususnya teologi dasar yg akan saya sajikan, sesuai pengetahuan yg pernah saya dapatkan sewaktu kuliah untuk kita dalami bersama.
Maka untuk mendalami teologi dasar ini, saya akan mengirimkan sambung menyambung, agar kita dapat membaca dan meresap agar pengetahuan teologi kita membantu kita menambah wawasan yg lebih luas.
Pendahuluan
Teologi secara luas didefinisikan sebagai studi sistematis tentang agama. Jadi Teologi adalah pengetahuan adikodrati yang metodis, sistematis dan bertalian tentang apa yang di imani sebagai Wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu.
Teologi harus digolongkan dalam kegiatan intelektual manusia yang disebut “tahu” dan “mengetahui”. Akan tetapi, berbeda dengan pengetahuan harian, pengetahuan teologi bersifat metodis, sistematis dan selalu bertalian. Ini berarti bahwa teologi merupakan pengetahuan yang bersifat ilmiah. Meski teologi bersifat ilmiah, teologi tidak termasuk ilmu-ilmu empiris (berdasarkan pengalaman). Adapun alasannya yaitu asas pengetahuan teologi tidaklah terbatas pada pengalaman indrawi dan logika sebagaimana halnya ilmu empiris. Pengetahuan teologi bersifat “adi-kodrati” (melebihi daya kodrat insani), karena didasarkan pada wahyu Allah yang diterima manusia dalam iman.
II . Wawasan tentang Teologi Dasar
"Apakah yang mendorong manusia untuk tidak hanya menuntut ilmu-ilmu empiris( berdasarkan pengalaman), dan filsafat, tetapi juga teologi ?"
Salah satu unsur yang termasuk pengetahuan harian adalah bahwa kita beragama. Banyak orang diperkenalkan dengan keyakinan dan kelakuan keagamaan tertentu berkat pewartaan yang terjadi di tempat tinggalnya. Pewartaan yang telah disampaikan kepada orang Katolik dan yang telah mereka terima ialah pewartaan Gereja Katolik yang berakar dalam suatu tradisi religius tertentu, yakni tradisi Yahudi- Kristiani. Dengan menanggapi pewartaan itu secara positif, mereka menjadi orang beriman kristiani, warga Gereja Katolik. Sebagai orang yang menganut agama Katolik, mereka mempunyai pengetahuan harian yang bersifat adi-kodrati. Tidak mungkin untuk sampai pada pengetahuan ini bila hanya menempuh jalan yang demi kodrat sudah terbuka bagi manusia, yaitu jalan rasio, sebab pengetahuan tersebut mengatasi kemampuan kodrat insani. Allah sendiri membukakan suatu jalan lain bagi manusia dengan pewahyuan diri-Nya sendiri melalui peristiwa-peristiwa Israel dan terutama melalui “peristiwa Yesus”. Berkat wahyu Allah, manusia dapat mengetahui hal-hal tertentu mengenai Tuhan, dunia, hidup dan mati, baik-buruknya kelakuan yang tidak mungkin diketahui hanya berdasarkan kemampuan insani saja. Pengetahuan harian tentang segala sesuatu yang diwahyukan Tuhan itu merupakan isi iman kristiani.
Pengetahuan iman bersifat adi-kodrati karena didasarkan pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan insani. Sifat adi-kodrati ini tidak hanya berlaku bagi pengetahuan iman dalam hidup sehari-hari, tetapi juga bentuknya yang ilmiah, yakni teologi. Kebenaran yang dicari dalam teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan pula kebenaran yang dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Apa yang diwahyukan Tuhan itu diterima manusia dalam iman karena Tuhanlah yang menyatakannya.
Kamis. Duc in Altum.
III. Teologi Kristiani
Pada minggu lalu, sudah dijelaskan apa itu teologi dasar dan apa yang mendorong kita untuk mendalaminya..? Oleh karena itu, kita perlu melangkah lebih dalam lagi menyelami Teologi Kristiani, supaya menambah wawasan didalam mendalami ilmu tentang Ketuhanan.
Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang mereka hayati sebagai orang beragama Kristiani.
Teologi bertumbuh dan berkembang di dalam sejarah umat manusia, terutama sejarah Israel dan sejarah Gereja. Karena itu, Ilmu Teologi dapat dikelompokkan atas :
Teologi Dasar atau Pengantar Teologi :
1."Teologi Wahyu" adalah teologi yang didasarkan pada Kitab Suci dan pengalaman relegius yg didasarkan pada penalaran apriori ( sesuatu yg belum di ketahuan)
2."Teologi Iman" adalah ilmu ketuhanan tentang sumber yg diyakini yaitu Yesus
3"Teologi Dogma." adalah teologi tentang kepercayaan atau dokrin dari ajaran Gereja itu sendiri.
4."Apologetika" adalah teologi pembelaan atau mempertahankan iman tentang ajaran gerejanya sendiri
5. Tafsir Kitab Suci terdiri dari :
· Eksegese Perjanjian Lama
· Eksegese Perjanjian Baru
· Teologi Alkitabiah
· Antropologi Teologis yang mencakupi Protoloi dan Eskatologi serta Soteriologi.
· Kristologi yang mencakup Pneumatologi (Roh Kudus) dan Trinitas.
· Eklesiologi yang mencakup Ekumene dan Hubungan Antaragama.
· Sakramentologi
6. Teologi Praksis (Teologi tentang pengenalan makna
perubahan sosial) terdiri dari :
- Teologi Moral yang terdiri dari Moral Dasar dan Moral Khusus.
- Teologi Spiritual yang terdiri dari Asketik dan Mistik
- Teologi Pastoral
- Liturgi
- Teologi Kerigmatik yang mencakup Homiletik dan Kateketik.
Jadi Teologi Dasar atau Teologi Fundamental membahas apa yang menjadi dasar (asas atau prinsip) pengetahuan kita di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Selain itu, teologi dasar bertugas juga untuk mempertanggungjawabkan iman terhadap akal-budi dan membelanya terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Dilihat dari segi ini, maka Teologi Dasar disebut juga APOLOGETIKA.
Next kita akan mendalami bab dua tentang Perkenalan dengan teologi.
Dalam bab pertama sudah di jelaskan tentang teologi dasar. Lalu pada bagian kedua dibahas tentang apa yg mendorong mendalami teologi sehingga kita akan di perkenalkan dengan teologi kristiani. Semoga dalam bab pertama kita sudah mempunyai wawasan tetntang teologi dasar.
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5
Ttd
Bram W.
Senin, 05 Agustus 2019
Pembukaan KPKS Angkatan V dan Seminar oleh Mgr. Adrianus Sunarko, Uskup Pangkal Pinangi
Pembukaan KPKS / Kursus Pendidikan Kitab Suci Angkatan 5 dan Seminar berlangsung cukup meriah di hadiri dari berbagai angkatan :
Alumni Angkatan 1 dan Pengurus Inti, Angkatan 2-5 dan juga tamu undangan.
Total peserta Angkatan 5 : 124 orang.
Acara berlangsung di Univ. Atmajaya, Serpong.
Berikut adalah materi seminar, semoga bermanfaat bagi teman yang tidak hadir maupun hadir tapi tidak sempat mencatat sbb :
Presentasi seminar oleh Mgr. Adrianus Sunarko, Uskup Pangkal Pinang, berikut adalah sekilas mengenai profil pembicara :
Closing Video :
Salam Smile in Christ always..
MT
Langganan:
Postingan (Atom)