Kamis, 03 Oktober 2019

Teologi Katolik Part 6

Seperti Pada Hari Rabu dan kamis yang lalu kita telah mempelajari teologi dasar tentang "warta Iman". Hingga akhirnya hari ini kita akan membahas tentang konsep-konsep teologi yg bersifat sementara tetapi salah sbb:

b.    Konsep-konsep kontemporer yang salah :
  1. Allah yang imanen saja
  2. Allah yang transenden saja
  3. Allah yang terbatas
  4. Allah yang tidak berpribadi
  5. Allah sebagai suatu ide abstrak semata (proyeksi pikiran manusia).

            Inilah kenyataannya kelompok-kelompok yang menyangkal keberadaan Allah. Namun,kita dapat menjelaskan keyakinan kita tentang Allah berdasarkan argumentasi rational, yakni :

a.  Teori Kosmologi (sebab-akibat). Pandangan ini adalah pernyataan klasik yang dibuat oleh Thomas Aguinas. Argumentasi rasional tentang keberadaan Allah sebagai berikut :
  1. keberadaan dunia memerlukan oknum tertinggi (tidak terbatas) yang menyebabkan keberadaanNya itu.
  2. Setiap kejadian selalu ada sebabnya, yang juga pada gilirannya mempunyai sebab dan seterusnya sampai pada sebab yang pertama yaitu Allah.
b. Teleologi. Perluasan dari argumen kosmologis, yang sebenarnya adalah pandangan purba yang masuk ke dunia barat melalui Plato. Digambarkan dengan analogi jam yang ditemukan di atas tanah, tidak mungkin terjadi secara kebetulan saja, pasti ada seorang ahli yang pintar yang membuat jam itu. Begitu pula dengan semesta alam, diciptakan oleh seorang Perencana Agung.

c.  Moral/Antropologis. Imanuel Kant yang mempertahankan argumen ini. Kesadaran manusia akan adanya kebaikan yang Tertinggi, yaitu Allah adalah "landasan" kehidupan moral, sebagai nilai transenden, yang hanya dimiliki oleh Allah.

d.  Ontologi Pandangan klasik yang diberikan oleh Anselmus, bahwa manusia mempunyai ide tentang adanya suatu keberadaan yang sempurna secara mutlak. Maka yang mutlak itu harus ada.

e.  Historis/Etnologis. Adanya perasaan tentang yang ilahi yang bersifat universal dari sifat dasar manusia sehingga mengharuskan akan adanya keberadaan yang Maha Tinggi.

B.  Pengenalan akan Allah

            Ada suatu pendapat dalam kalangan Kristen tertentu yang mengatakan bahwa pengertian yang benar, tepat dan real tentang Allah :

[1] Hanya terdapat di dalam wahyu lewat Sabda Kitab Suci. Dengan demikian, mengenal Allah hanya bisa diperoleh dalam iman, sambil mengerti iman (fideisme)

[2] sebagai tindakan untuk menerima apa yang tidak bisa ditangkap akal budi manusia. Pendapat seperti ini ditemukan dalam tradisi Gereja Calvin, khususnya dalam teologi Karl Barth dan murid-muridnya.

[3] Pada abad ke-19, orang sangat antusias dengan ilmu-ilmu pasti yang mulai berkembang pesat. Dalam antusiasme ini, orang mulai berpendapat bahwa pengertian yang benar dan pasti, pengetahuan yang dapat diandalkan hanya bisa diperoleh lewat metode-metode analitis dari ilmu-ilmu pasti/ alam. Dengan demikian, suatu pengalaman religius dianggap sebagai khayalan saja. Pengetahuan tentang Allah tidak mungkin dapat diperoleh. Pandangan seperti ini disebut agnostisisme.

            Terhadap kedua aliran di atas, yakni fideisme dan agnostisisme, Konsili Vatikan I mengajarkan pada tahun 1870 bahwa “terang alamiah” akal budi manusia bisa dengan pasti menyimpulkan Allah dengan bertolak dari dunia kelihatan. Ajaran ini mempunyai dasarnya dalam beberapa teks di dalam Kitab Suci, seperti di dalam kitab Kebijaksanaan (13 : 1- 9) di mana Allah bisa dikenal lewat keindahan dunia. Selain itu, di dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (1 : 18- 21) mengatakan bahwa “ apa yang tidak nampak dari Allah, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya dapat nampak kepada pikiran dari karya-karya sejak dunia diciptakan”. Sedangkan di dalam Kisah Para Rasul (17 : 22- 30) dijelaskan bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang kafir dapat mengenal Allah.

            Terhadap ajaran dari Konsili Vatikan I di atas, muncul penilaian bahwa definisi Konsili Vatikan I hanya berbicara mengenai kemungkinan yg pada dasarnya diberikan Allah kepada kodrat manusia, kepada terang alamiah akal budi itu untuk mengenal-Nya.

Menurut pandangan baru dalam teologi katolik, setiap pengertian manusia tentang Allah sungguh sekaligus merupakan pengertian yang diperoleh manusia dan yang dimungkinkan oleh suatu wahyu, suatu tindakan Allah untuk memperkenalkan atau mengkomunikasikan diri.

Next " Teologi Katolik Part 7 "

Teologi Katolik Part 1
Teologi Katolik Part 2
Teologi Katolik Part 3
Teologi Katolik Part 4
Teologi Katolik Part 5


Jkt Kamis I Okt "19
Bram W.




Minggu, 29 September 2019

Toleransi itu Indah

"I Pray For You, You Pray For Me, We All Brothers"

Rabu pagi, 25 September 2019, ribuan orang telah berkumpul di plaza Santo Petrus, Vatican. Pagi itu Pemimpin Tertinggi Vatican, Paus Fransiskus dijadwalkan akan menyapa dan menyampaikan "tausiyah" kepada ribuan orang yang hadir dari berbagai latar belakang suku bangsa dan agama.

Jam 8.45 rombongan GP Ansor yang dipimpin langsung Ketua Umum GP Ansor, Gus Yaqut , tiba dilokasi acara, kami mendapat tempat yang sangat spesial, disamping panggung utama Paus duduk. Acara demi acara berlangsung dengan khidmat, Paus kemudian menyampiakan tausiyah yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Jam 10.15 acara selesai, Paus kemudian turun dan menyapa dan menyalami peserta yang hadir. Rombongan GP Ansor meski mendapat tempat yang strategis, sebenarnya tidak dijadwalkan bisa bersalaman langsung dengan Paus.

Namun ketika Paus tiba menyalami peserta yang berdekatan dengan lokasi kami duduk, Sahabat Purwaji, Ketua Ansor Riau, dengan lantang menyapa Paus yang intinya menyampaikan kami datang dari negeri jauh, Indonesia, ingin bersalaman langsung dengan Paus. Tak disangka Paus merespon kami dan mempersilahkan kami berpindah tempat untuk bisa bertatap muka langsung dengan Paus di akhir acara.

Akhirnya dengan dikawal pengawal pribadi Paus kami berenam rombongan GP Ansor, Ketum, Gus Yaqut, SekJend Adung, Wibowo, Purwaji, Rifki, dan saya menempati lokasi yang telah ditentukan.

Tak lama kemudian Paus mendatangi kami dan menyapa kami dengan ucapan Assalamu'alaikum. Setelah bersalamam Gus Yaqut menyampaikan Ansor yang turut menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Respon Paus sangat mengharukan, beliau mengatakan, I pray for you, you pray for me, we are brothers.

Spirit yang disampaikan Paus tadi selaras dengan Berombongan kami ke Vatican, Declaration of Humanitarian Islam yang di gagas Ansor yang juga disampaikan kepada Paus pada acara tersebut.

Selepas berfoto Paus meninggalkan kami, Gus Yaqut spontan mengucapkan Assalamu'alaikum Pausn yang sudah agak menjauh tiba-tiba berbalik dan membalas Assalamu'alaikum. Menariknya ketika Paus meninggalkan lokasi acara mengendarai mobil beliau masih sempat menoleh ke kami dan membuat tanda persaudaraan dengan kedua tangan beliau.

Persaudaraan sejati memang lintas agama dan peradaban, kami disatukan oleh nilai-nilai yang sama yaitu kemanusian sejati.

Credit Foto: photovat.com




Next " Sejarah asal mula Kitab Suci "

Teologi Katolik part 5

BAB III. "WARTA IMAN"

Tujuan Pembahasan :

            Pokok ini akan menjelaskan tentang isi iman Kristiani yang dalam teologi direfleksikan secara ilmiah, yaitu tentang iman. Tujuannya agar kita dapat mengenai dan mengakui iman, merayakan iman dalam liturgy dan sakramen, serta menghayati dan mewujudkan iman dalam hidup setiap hari.

III.1    IMAN YANG DIAKUI

Iman kristiani adalah kepercayaan kepada Allah yang telah mewahyukan diri sebagai Bapa dengan mengutus Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal agar manusia dapat bersatu dengan-Nya dalam Roh Kudus. Iman kristiani pada hakikatnya bersifat trinitaris : iman kepada Allah Tritunggal.


III.1.1. ALLAH PENCIPTA

III.1.1.1.  Hakikat Allah

A.  Keberadaan Allah
Allah memiliki keberadaan-Nya. Terdapat beberapa pra-anggapan umum yang menunjukkan bahwa Allah itu ada, yaitu :

Bahwa Allah ada Pra-anggapan "Allah ada" adalah penting seperti apa yang dipaparkan oleh Alkitab: Kej 1:1 Maz 14:1 Ibr 11:6 Maz 53:1 Yoh 7:17 Maz 10:3-4 Keberadaan Allah bukan dalam "ide" atau "kuasa", tetapi sebagai "Pribadi".

Bahwa Allah telah menyatakan Diri melalui PenyataanNya (wahyu). Allah menyatakan Diri melalui ciptaan, sejarah, hati nurani, Alkitab dan Yesus Kristus (Bdk. Mar 11:6; Kej 1:1; Yoh 7:17 )

Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kemampuan untuk dapat mengenal/ mengerti tentang Allah. Pengetahuan manusia tentang Allah adalah pengetahuan yang sudah ada secara naluriah dan pengetahuan yang harus diusahakan ( Kej 1:26; Rom 10:7 ).

Hanya dengan iluminasi Roh Kudus, manusia dapat mengenal Allah. Bahwa karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia tidak lagi dapat mengenal Allah dengan benar, kecuali kalau Roh Kudus memberikan iluminasi kepada manusia (1Ko 2:14; Yoh 16:13; 2Pe 1:20-21).

Manusia sudah mempunyai kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun hanya samar-samar), tetapi menolak kesaksian ini. Tugas orang Kristen adalah menghadapkan orang bukan Kristen dengan Allah, bukan untuk mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin Allah ada. Orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil (Rom 1:18-32).

Warta iman tentang keberadaan Allah mendapat tantangan dari kelompok-kelompok yang menyangkal keberadaan Allah itu. Bentuk-bentuk penyangkalan terhadap keberadaan Allah itu, antara lain :

a. Penyangkalan mutlak (Atheis). Mereka yang menyangkal keberadaan Allah digolongkan menjadi 2 kategori:

1. Atheis teoritis/sejati Orang-orang yang mendasarkan penyangkalannya kepada Tuhan atas suatu proses pemikiran (2 Kor  4: 4, 5; 1 Ko 1:21)

2. Atheis praktis. Orang-orang yang tak bertuhan, yang dalam hidup sehari-harinya tidak mengindahkan Tuhan (Maz 14:1, Maz 10:4b; Efe 2:12).

Next " Teologi Katolik Part 6 "

> Teologi Katolik part 1
> Teologi Katolik part 2
> Teologi Katolik part 3
> Teologi Katolik part 4
Teologi Katolik Part 5
> Teologi Katolik Part 7


Sept"19
BW




Teologi Dasar part 4: Teologi Apologetika

Lanjutan tentang teologi dasar.

Hari ini kita melanjutkan bab II bagian ke 9. Belajar teologi tentang mempertahankan dan membela keyakinan agama tenta dasar-dasar iman kristiani. Nah, untuk selanjutnya baca dan pelajarilah apa itu yang disebut Teologi Apologetika.

2.9    Teologi Apologetika

Apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukkan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.

Santo Petrus dalam suratnya yang pertama mengatakan: “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggunganjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padamu.” (1Ptr.3:15). Dengan demikian, apologetika berkaitan dengan teologi dasar, yaitu mengenai dasar-dasar iman Kristiani. Teologi Apologetika banyak dipakai oleh para Bapa Gereja (abad II – abad VIII) untuk membela iman Kristiani terhadap serangan dari pihak bidaah pada zaman itu.

Tidak sedikit terjadi bahwa umat Katolik kita dewasa ini tidak mampu memberikan pertanggunganjawaban terhadap berbagai persoalan iman yang sering ditanyakan, baik oleh agama lain, Gereja lain, maupun oleh kalangan anggota Gereja sendiri. Selain itu, umat Katolik banyak diombang-ambing oleh berbagai ajaran yang sebenarnya bukan ajaran Kristiani yang benar. Maka tujuan utama apologetika adalah memberi pertanggunganjawaban dan membela ajaran Kristiani yang benar yang didasarkan pada Kitab Suci dan ajaran Magisterium Gereja.

Seperti informasi-informasi sebelumnya, dimana kita telah memperoleh penjelasan pada bab pertama  tentang pendahuluan, kemudian pada bab II perkenalan akan teologi, hingga akhirnya mulai besok kita akan memasuki bab III. Yaitu :"MEWARTAKAN IMAN". Semoga dengan mempelajari teologi membantu kita untuk semakin beriman kepadaNya.

Next " Teologi Katolik part 5 "

Teologi Katolik part 1
Teologi Katolik part 2
Teologi Katolik part 3
Teologi Katolik Part 5

Jkt Minggu IV Sep"19
BW

Rabu, 18 September 2019

Teologi Dasar Katolik part 3

Saudaraku, hari ini kita akan melanjutkan perkenalan dengan teologi bab II pada bagian ke tiga dan pada bagian teologi modern bagian 4. Semoga sangat membantu untuk berkenalan maupun mendalami trologi.

2.3    Perkembangan Penggunaan Istilah Teologi

Istilah "teologi" dipakai oleh para penulis Skolastik (istilah yang digunakan oleh kaum humanis dan pada abad ke-16 digunakan oleh para sejarahwan filsafat untuk menjelaskan pandangan para filosof dan teolog pada abad pertengahan) dan universitas-universitas Baru di Eropa, di mana teologi menjadi sebuah pelajaran yang sangat sistematis, sebuah ladang studi dan pengajaran, bahkan sebagai sebuah disiplin atau sebuah ilmu. Pemakaian istilah teologi tidak sepenuhnya baru -- ini telah dimulai sebelumnya oleh komunitas Yunani Kristen dan beberapa di dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja, tetapi hal ini masih merupakan bayangan perkembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademis yang tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Kristen. Pada saat yang sama para pelajar di universitas-universitas memperluas perbedaan antara macam-macam teologia yang beragam, di samping pembedaan umum antara teologi dan filafat, seperti halnya perbedaan antara iman (faith) dan alasan (reason). Walaupun para Reformator secara umum tidak sabar dengan perbedaan yang dibuat oleh para pelajar di universitas-universitas, namun para pendahulunya, pada zaman Konfesional Ortodoksi atau Protestan Skholastisme telah mengadopsi atau mengembangkan sebuah kategori yang luas tentang macam-macam teologi.

2.4    Istilah Teologi di Era Modern

Di era modern, teologi sering dipakai dalam pengertian yang luas dan cakupan yang komprehensif, yang merangkum semua disiplin ilmu, baik di universitas-universitas maupun dalam pelayanan-pelayanan gerejani (contohnya, bahasa alkitab, sejarah gereja, homiletika, dll.). Teologi adalah sebuah disiplin akademik, contohnya, literatur atau fisika. Lebih tepat, istilah teologi merujuk kepada pengajaran tentang Allah dan hubungannya dengan dunia dari penciptaan sampai penyempurnaan (consummation). Pengajaran ini telah dirangkum dalam sebuah catatan rasional yang dibuat secara spesifik oleh seseorang atau lebih dari suatu kualifikasi yang luas, yang mengindikasikan gereja atau tradisi, termasuk Monastik, Katolik Roma, Reformed, Evangelikal, Ekumenikal. Bahan-bahan dasar teologi, seperti alamiah, alkitab, konfesi-konfesi, simbol-simbol (misalnya, didasarkan pada sebuah 'simbol' gereja, yang artinya di sini adalah kredo-kredo, dll.). Teologi mengandung doktrin, seperti doktrin baptisan, doktrin Trinitas, dll. Pusat organisasi atau motif atau fokus teologi, misalnya perjanjian (covenan), liberasi, inkarnasional, feminisme, teologi salib -- masing-masing merujuk kepada lebih dari satu pokok bahasan. Tujuan teologi untuk memberi keputusan bagi pendengarnya, misalnya dalam apologetika, polemik, dll.

2.5    Penggunaan Istilah Teologi “Hari Ini”

Disiplin utama studi teologi hari ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, di antaranya, teologi biblika, teologi historika, teologi sistematika, teologi filsafat, teologi pastoral dan teologi praktikal dan yang kurang dikenal secara luas, seperti teologi dogmatika (dogmatic theology), teologi liturgika dan teologi fundamental. Sebenarnya, lebih banyak lagi ragam teologi; setidaknya bersifat konfesional atau mencirikan suatu denominasi.

2.6    Tempat Teologi dan Pentingnya Mempelajari Teologi secara Sistematis

Pertanyaan yang sering timbul adalah kalau Teologi adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dan sebagainya? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologi bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.
Karena itu, teologi merupakan suatu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari secara sistematis. Alasannya adalah :
1.  Manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2.   Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
3.   Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
4.   Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?"
5.   Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologi bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2 Tit 2:24-25; 2 Tit 3:15-16
6.   Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.

2.7 Sumber dan Metode Teologi

Teologi memiliki tiga sumbernya, yakni :

1. Alkitab, sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi
    iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja, khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di
    gereja dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.

3. Buku-buku Lain,  sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang
    dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana
    membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.

Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam teologi, antara lain :

a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna, disingkirkan, karena tidak diterima oleh rasio).

b. Metode Karl Barth. Teori Barth mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu, Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia, maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung, sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu.

c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi karena manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian, meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka kalau begitu obyeklah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia.

d. Metode Paul Tillich. Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu, ia menolak jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.

e.  Metode Interpretasi Analitis. Teologi adalah ilmu tentang Allah yang memberikan paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.

2.8. Pembagian Teologi

Teologi dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas,  teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi. Dalam arti ini, teologi dibagi atas :
a. Teologi Biblika (Eksegetis): Teologi yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologi Historika (Sejarah): Teologi yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologi dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologi Sistematika (Doktrin Iman Kristen): Teologi yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologi Praktika (Pelayanan): Teologi yang berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.

Sedangkan dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Dalam arti ini, teologi dapat dibagi atas :
a.  Bibliologi (Alkitab)
b.  Teologia Proper (Allah)
c.  Antropologi (Manusia)
d.  Soteriologi (Keselamatan)
e.  Kristologi (Yesus Kristus)
f.  Pneumatologi (Roh Kudus)
g. Eklesiologi (Gereja)
h. Eskatologi (Akhir zaman)

Minggu depan kita tetap mempelajari teologi perkembangan pengenalan tentang teologi bab II bagian ke 9 dan seterusnya. Semoga membantu kita sekalian didalam mempelajari teologi dasar. Seandainya belum jelas boleh ditanyakan. Trims.

Next : Teologi Dasar bagian 2.9 : Teologi Apologetika 

> Teologi Katolik Part lainnya

Salam dari Ponti Sep" 19.



Ponti 18 Sept "19
Bram W.

Rabu, 11 September 2019

Teologi Dasar Katolik part 2

BAB II : PERKENALAN DENGAN TEOLOGI

Tujuan Pembahasan :

            Pokok ini akan menjelaskan definisi teologi, sejarah penggunaan istilah teologi, perkembangan penggunaan istilah teologi, istilah teologi di dunia modern, penggunaan istilah teologi di era modern, istilah teologi dewasa ini, tempat teologi dan pentingnya mempelajari teologi secara sistemati, sumber dan metode teologi, pembagian teologi dan teologi apologetika. Tujuannya agar mahasiswa memahami, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teologi pada umumnya.


2.1    Definisi Teologi
Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti Allah dan logos yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara etimologis, teologi berarti ilmu tentang Allah. Teologi dapat dimengerti dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teologi berarti usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika. Sedangkan dalam arti luas, teologi mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologi.

Teologi ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/ ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Teologi meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini), tetapi dapat disebut sebagai ilmu, karena sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologi adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak berubah), dengan cara yang sistematis.
Dengan demikian Teologi Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:

a. Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.

b. Menuntut adanya penjelasan secara metodologis

c. Menyajikan kebenaran

d. Mempunyai nilai yang universal

e. Memiliki objek yang diteliti

2.2    Sejarah Penggunaan Istilah Teologi

Filo (20 sM.-50 M.), seorang Yahudi Helenis dan pemimpin komunitas Yahudi di Aleksandria dan juga seorang pengarang yang produktif menafsiran Pentateukh (5 Kitab Taurat).  secara alegori serta menyebut Musa seorang "theologos", yakni seseorang yang berbicara tentang Allah atau seorang juru bicara Allah. Namun, tidak ada bentuk bahasa Yunani yang menunjukkan istilah ini di dalam Perjanjian Lama Septuaginta (LXX) atau di dalam Perjanjian Baru (kecuali sebutan "theologos" di dalam manuskrip Wahyu kepada Yohanes.

Istilah teologi mulai digunakan oleh kaum Apologis (sebuah kelompok kecil para pengarang Yunani abad kedua yang mengadakan pembelaan bagi kekristenan pada masa penganiayaan, fitnahan, dan serangan intelektual). Teologi kadang-kadang "merujuk kepada sesuatu yang ilahi", "sebutan Allah", sebuah makna yang seringkali muncul dalam perdebatan tentang keilahian Kristus (Christology) dan Roh Kudus. Pada tahun 200 M., kedua istilah Yunani dan istilah Latin untuk teologi disesuaikan terjemahannya untuk dipakai dalam pengajaran, biasanya dalam pengajaran Kristen tentang Allah. Athanasius memakai istilah teologia sebagai cara untuk memahami tentang keberadaan Allah, yang dibedakan dengan dunia dan sebagainya, seperti yang dilakukan Agustinus untuk mengajarkan tentang Allah. Sesekali, dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja istilah teologi merujuk kepada pemahaman yang luas dari doktrin-doktrin gereja. Dalam komunitas-komunitas iman, tidak ada pemisahan antara pengajaran tentang Allah dan pengetahuan (misalnya, pengertian dan pengalaman) tentang Allah. Dalam hal ini, teologia dapat berarti "memuji Allah".

Minggu depan kita akan melanjutkan kaitannya  teologi pada umumnya bagian 2.3 dan seterusnya.

Trims. Kamis Sept"19.
Bram W.

Next " Part 3 " Bab II , 2.3


Teologi Katolik part 1
Teologi Katolik part 3
Teologi Katolik part 4
> Teologi Katolik part 5

" Perbedaan Teologi Kristen Katolik VS Kristen Non Katolik "