Selasa, 22 Oktober 2019

Teologi Katolik Part 9

Saudaraku, hari ini kita melanjutkan membahas tentang Bab III " Warta Iman" dimana pada bab III. I "IMAN YANG DIAKUI" Lalu pada bagian bab III. I. I. "Allah pencipta"  hingga yg sedang kita bahas pada bab III. I. I. I. "Hakekat Allah."
Pada point 1. Tentang keberadaan Allah hingga sampai point 3. Tentang pengenalan tentang Allah.
Hari ini kita akan membahas point 4. Yaitu "atribut-atribut Allah." tentang Allah pencipta teristimewa tentang hakekat Allah.

D.  Atribut-Atribut Allah

Istilah "atribut" berarti "yang melekat" atau "dimiliki”. Terdapat beberapa cara dalam menentukan atribut-atribut Allah, yaitu :

  • Cara causalitas (sebab-akibat), yaitu mencari akibat-akibat yang ada di dunia ini.
  • Cara negasi (penyangkalan), yaitu menyingkirkan segala ketidaksempurnaan yang ada pada ciptaanNya.
  • Cara eminen (meninggikan), yaitu memberikan kesempurnaan pada Allah setinggi-tingginya.
  • Cara penyataan (pewahyuan), yakni sesuai dengan Firman Allah; Hanya Allah yang berhak memberi penjelasan akan sifat-sifatNya.

Atribut-atribut Allah dapat dibagi atas dua, yakni :
  1. Atribut atau sifat-sifat unik yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan-Nya (incommunicable).
  2. Atribut atau sifat-sifat yang tidak unik yang  dimiliki oleh ciptaan-Nya ( communicable)
1a. Atribut atau sifat-sifat unik  yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan-Nya (incommunicable) antara lain :
1a.1. Ketidaktergantungan Allah.
         Allah tidak membutuhkan ciptaan-Nya untuk alasan apapun juga, namun demikian
         ciptaan-Nya dapat mempermuliakan Dia dan memberikan sukacita kepada Allah.
         (Kis 17:24-25; Ayu 41:11; Maz 50:10-12). Tuhan juga tidak menciptakan manusia
         karena Ia kesepian (Yoh 17:5, 24).
         Allah Tritunggal di dalam diri-Nya mempunyai kepenuhan kesempurnaan yang mutlak,
         baik dalam komunikasi, kasih atau kebutuhan-kebutuhan lain. Ketidaktergantungan
         Allah juga menyatakan bahwa Allah tidak diciptakan dan tidak ada peristiwa terjadinya
         keberadaan Allah (Wah 4:11; Yoh 1:3; Maz 90:2; Rom 11:35-36; Kel 3:14). Justru
         keberadaan Allahlah yang menyebabkan sagala sesuatu ada dan tetap ada untuk
         selama-lamanya. Kalau Tuhan tidak membutuhkan manusia dan apapun juga, lalu apa
         gunanya manusia ciptaan-Nya? Tuhan tidak harus menciptakan manusia, tetapi Tuhan
         memilih untuk menciptakan manusia. Tuhan menciptakan manusia dan ciptaan-Nya
         untuk kemuliaanNya. Suatu yang murni/tulus ditetapkan oleh Allah (Yes 62:3-5; Yes 43:7).

1a.2. Ketidakberubahan Allah Allah
        Allah tidak berubah dalam hakekat/ jati diri-Nya, kesempurnaanNya, tujuanNya, dan
        janji-janji-Nya; namun demikian Allah memang bertindak dan merasakan emosi.
        Ia bertindak dan merasakan secara berbeda dalam meresponi situasi-situasi yang berbeda.

1a.2.1.  Allah tidak berubah sesuai dengan yang dinyatakan dalam Alkitab
             (Maz 102:25-27; Yak 1:17 )

1a.2.2.  Apakah Allah kadang-kadang berubah pikiran?
             (Kel 32:9-14; Yes 38:1-6; Yun 3: 4, 10;  Kej 6:6; )

1a.2.3. Tidak ada satupun tindakan manusia yang mempengaruhi/berarti untuk Tuhan.
            Oleh karena itu Allah harus berubah, supaya hidup/ tindakan manusia berarti.

1a.2.4. Pentingnya doktrin Ketidakberubahan Allah. Allah tidak mungkin berubah untuk
            lebih baik atau lebih buruk, Kalau Allah berubah maka berarti janji-janji Allah
            juga tidak mungkin bisa dipercaya.

Next kita akan melanjutkan dan membahas tentang teologi dasar bagian bab ke II.
Khususnya tentang Hakekat Allah.

Notes : Dimana kita sudah membahas tentang Atribut-atribut Allah.


Semoga pengetahuan teologi dasar tetap tekun kita dalami agar kita mempunyai  perpektif
tentang Ilmu KeTuhanan menurut pandangan Gereja Katolik.


Topik Sebelumnya : Teologi Katolik 

Kereta Api Jakarta Bandung Rabu Okt III.

B.W



Tidak ada komentar:

Posting Komentar