Minggu, 16 Februari 2014

KESOMBONGAN ROHANI


Dalam suatu rapat organisasi yang pernah saya ikuti banyak hal terjadi mulai dari perselisihan pendapat mengenai suatu hal hingga salah paham dan ada anggota yang mundur dari organisasi karena merasa pendapatnya paling benar. Banyak karakter yang kita temui yang semua mengarah kepada sifat-sifat atau karakter yang ada pada injil. Sifat sombong, arogan, tidak peduli seperti pemimpin agama/ ahli Taurat dan orang Farisi. Pengalaman tersebut bisa kita temui pada injil Yohanes 7:37-52

Adakah kamu juga disesatkan? Adakah di antara kami para pemimpin agama dan orang Farisi yang percaya kepada Yesus? Mereka tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” (47-49).
Perkataan itu dikemukakan oleh para pemimpin agama, yaitu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.Tampaknya mereka merasa memiliki otoritas untuk menyatakan apakah suatu ajaran benar atau sesat, karena mereka lebih mengerti kitab suci dan hukum Taurat. Akibatnya, pendapat yang berbeda dianggap sebagai kesalahan. Bahkan mereka tidak mau mendengar pandangan Nikodemus, salah seseorang dari mereka sendiri (52). Mereka tetap teguh berpendapat bahwa Yesus bukan nabi apalagi mesias, sebab Ia berasal dari Galilea. Para pemimpin agama juga menganggap rendah pendapat para penjaga Bait Allah (47-48) dan orang banyak yang percaya kepada Yesus. Karena tidak tahu hukum Taurat, mereka layak untuk dikutuk (49).
Sementara itu, dikalangan umat timbul perbedaan pendapat. Ada orang yang menganggap Yesus sebagai nabi, bahkan Mesias. Namun ada juga yang menganggap Yesus bukan Mesias karena Dia berasal dari Galilea (Yoh. 7:37-43). Perbedaan pendapat itu melahirkan pertentangan. Orang yang tidak percaya Yesus berusaha menangkap Dia karena menganggap ajaran-Nya berbeda. Yang berbeda dianggap salah serta sesat, dan karena itu perlu disingkirkan. Sikap semacam itu adalah kesombongan dari pemimpin dan umat beragama. Karena merasa diri paling benar, orang tidak segan untuk melakukan berbagai cara guna menyingkirkan orang lain yang berbeda dari mereka. Terlebih dengan mengatasnamakan agama, segala tindakan yang sebenarnya bertentangan dengan kebenaran justru jadi dihalalkan.
Merasa diri paling benar dan paling berhak menafsirkan kitab suci, merasa diri berhak menentukan siapa yang benar berdasarkan paham yang dianut, dan merasa layak menghakimi orang yang memiliki pandangan berbeda, merupakan tanda-tanda kesombongan rohani. Adakah tanda demikian pada diri Anda?

Smile in Christ always....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar